Contohkarya–karya tersebut di antaranya roman SittiNurbaya karya Marah Rusli, Belenggu karya Armijn Pane, Azab dan Sengsara karya Merari Siregar, dan beberapa lainnya. Novel belenggu merupakan salahs atu novel yang teruji waktu.Novel tersebut pada masa awal terbit mengalami problematika karena faktor-faktor nilai dalam masyarakat yang masih
- Azab dan Sengsara adalah novel karya Merari Siregar yang diterbitkan pertama kali tahun 1921 oleh Balai Pustaka. Cetakan ulangnya telah mencapai 29 kali di tahun 2009. Zuber Usman melalui buku Kesusastraan Baru Indonesia 1957 menilai, karya ini merupakan novel yang mula-mula terbit. Judul novel ini yang dipakai pertama kali adalah Azab dan Sengsara Seorang Anak Gadis. Tapi, pada edisi selanjutnya terjadi revisi judul hingga hanya ditulis Azab dan Sengsara. Sesuai judulnya, novel tersebut memberikan gambaran pilu mengenai kehidupan tokoh utamanya yang bernama Mariamin. Dia sudah jatuh tertimpa tangga, yang harus menghadapi berbagai persoalan tiada henti. Itulah yang menjadikannya tidak kuat lagi saat beban hidup berada di puncak tekanan batin. Sinopsis novel Azab dan SengsaraNovel Azab dan Sengsara berfokus pada sosok kehidupan wanita bernama Mariamin. Semenjak ayahnya meninggal, kehidupan Mariamin menjadi tidak menentu. Satu per satu masalah menghampirinya hingga menjadikannya merasa sengsara. Hal lain yang membuat pilu selain kematian ayahnya adalah kehilangan pria yang dicintainya. Mariamin telah lama menjalin asmara dengan Aminuddin. Bahkan, mereka sudah saling mengenal semenjak duduk di bangku sekolah dasar. Namun, nasib berkata lain. Kisah cinta mereka bubar lantaran Aminuddin menikahi wanita lain. Padahal, antara Mariamin dan Aminuddin awalnya bersepakat untuk menikah. Batin Mariamin makin sakit lagi tatkala dirinya menikah dengan Kasibun. Kasibun ternyata menyimpan penyakit kelamin menular. Hal itu membuat Mariamin menolak bersetubuh dengan suaminya itu. Gara-gara nafsu birahi yang tidak tersalurkan tersebut menjadikan mereka berdua cekcok. Kasibun yang mulai gelap mata, mulai memukul dan menyiksa Mariamin. Bagaimana kisah selanjutnya?Profil Merari SiregarMerari Siregar adalah sastrawan kelahiran Sipirok, Tapanuli, Sumatera Utara pada 13 Juli 1896. Saat itu, karya sastra yang dominan di masanya berupa hikayat. Merari menjadi penulis karya sastra dengan corak baru. Merari bukan hanya seorang penulis novel. Dia juga piawai dalam menyadur carita. Bahkan, hasil sadurannya cukup hidup dan tidak kelihatan bahwa cerita yang diangkat adalah saduran dari luar negeri. Mengutip situs Ensiklopedia Kemdikbud, riwayat pendidikan Merari tercatat pernah belajar di sekolah guru zaman Belanda, Kweekschool, lalu ke sekolah guru Oost en West di Gunung Sahari, Jakarta. Dia memperoleh ijazah dari Handelscrorrespondent Bond A di Jakarta pada 1923. Pekerjaan Merari dimulai sebagai guru bantu di Medan dan akhirnya dia pindah ke Jakarta. Di Ibukota, dia bekerja di Rumah Sakit CBZ RS Cipto Mangunkusumo. Dia berpindah pekerjaan lagi dan menuju Kalianget, Madura, untuk berkantor di Opium end Zouregie. Merari memiliki tiga anak dari pernikahannya. Mereka adalah Florentinus Hasajangu, Suzanna Tiurna Siregar, dan Theodorus Mulia Siregar. Saat kecil, Merari berada dalam lingkungan yang kental dengan ketaatan pada adat dan tradisi kawin paksa. Itulah yang membuatnya membuka mata saat dewasa, bahwa pola hidup masyarakat di Sipirok tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Dan, dirinya sangat ingin mengubah pandangan tersebut. Merari menghembuskan napas terakhir pada 23 April 1940. Dia meninggal di Kalianget, Madura. - Pendidikan Kontributor Ilham Choirul AnwarPenulis Ilham Choirul AnwarEditor Yulaika Ramadhani
Komisiini banyak menerbitkan karya sastra terjemahan bertemakan romantisme eropa. Kedua, Balai Pustaka , 1917, menerbitkan karya-karya sastra dengan bahasa baku Melayu Tinggi seperti Azab dan Sengsara, 1920, karya Merari Siregar, disusul Siti Nurbaya, 1922, karya Marah Rusli
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Novel Azab dan sengsara merupakan novel klasik karya Merari Siregar yang ditandai dengan penggunaan bahasa melayu yang kental pada ceritanya. Novel setebal 123 halaman ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1920 oleh Balai Pustaka. Merari Siregar lahir di Sipirok pada tanggal 13 Juli 1896 dan sempat bersekolah di Kweekschool Oost en West Gunung Sahari, Jakarta. Selain menulis novel Azab dan Sengsara, ia juga sempat menulis novel Binasa Karena Gadis Priangan, Cerita tentang Busuk dan Wanginya Kota Betawi, dan Cinta dan Hawa Nafsu. Ia meninggal pada 23 April 1941 di Kalianget pada usianya yang ke-44 tahun. Novel ini berfokus pada kehidupan tokoh utamanya yaitu Mariamin. Kehidupan Mariamin menjadi tidak menentu sejak kematian ayahnya. Masalah mulai datang satu per satu, yang membuatnya merasa sengsara. Selain kematian ayahnya, hal lain yang membuatnya sedih adalah Mariamin kehilangan sosok pria yang dicintainya, Aminuddin. Mariamin telah menjalin hubungan asmara yang cukup lama dengan Aminuddin. Bahkan, mereka berdua sudah saling mengenal satu sama lain sejak mereka berdua duduk di bangku sekolah dasar. Namun, takdir berkata lain. Kisah cinta mereka harus kandas ketika Aminuddin dipaksa oleh ayahnya untuk menikah dengan wanita lain. Padahal, awalnya Mariamin dan Aminuddin telah sepakat untuk menikah. Kondisi Mariamin semakin buruk lagi ketika dirinya terpaksa menikah dengan Kasibun. Kasibun ternyata mengidap penyakit kelamin menular yang membuat Mariamin menolak berhubungan badan dengan suaminya itu. Akibat nafsu yang tak terpenuhi itu, suaminya mulai gelap mata dan akhirnya berani memukul dan menyiksa Mariamin. Kritik sastra objektif adalah cara untuk memandang suatu karya sastra sebagai karya yang berdiri sendiri. Artinya, karya sastra menjadi objek yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai lingkungan kehidupannya sendiri. Kritik sastra objektif memisahkan karya sastra dari pengarang, pembaca, dan realita. Karya sastra dipandang sebagai kesatuan yang tersusun dari bagian-bagian yang saling Azab dan Sengsara ini mengangkat tema tentang adat dan kebiasaan masyarakat suku Batak yang dapat menyebabkan kesengsaraan dalam kehidupan. Adat dan kebiasaan yang dimaksud disini adalah adat dan kebiasaan masyarakat suku Batak yang seringkali menjodohkan anaknya yang akhirnya membuat anaknya sengsara akibat perjodohan itu. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan Siregar 1920, "Kedua laki-istri itu [mufakat] akan mencarikan jodoh anak mereka itu." hal. 91. Perjodohan ini umumnya dilakukan oleh kedua orang tuanya dengan memilih menantu yang dianggap baik dan berasal dari keluarga berada tidak dipandang hina. Seperti pada kutipan Siregar 1920, "Mariamin anak orang miskin akan menjadi istri anak mereka itu? Tentu tak mungkin, karena tak patut! Bukankah orang itu telah hina di mata orang, lagi pula tak berada, boleh dikatakan orang yang semiskin miskinnya di daerah Sipirok?" hal. 91. Kutipan ini menunjukkan bahwa mereka tidak setuju bila nantinya Mariamin yang akan menjadi menantunya, karena Mariamin berasal dari keluarga miskin dan dipandang hina. Sedangkan keluarga Aminuddin merupakan keluarga yang terpandang, maka setidaknya Aminuddin harus memiliki menantu yang juga berasal dari keluarga terpandang. Meskipun Aminuddin sudah sangat dekat dan mengenal Mariamin dengan baik, orang tuanya tetap tidak menginginkannya. Seperti dalam kutipan Siregar 1920, "Oleh sebab itu tiadalah ingin mereka itu lagi akan datang ke rumah istri mendiang Sutan Baringin menanyakan anak dara kesukaan Aminuddin itu; sungguhpun pertalian mereka itu masih dekat." hal. 91. Kutipan di atas menunjukkan bahwa orang tua Aminuddin tidak peduli dengan apa yang disukai oleh Aminuddin dan lebih mementingkan adat dan bagaimana reaksi orang lain bila nantinya Aminuddin menikah dengan Mariamin. Mengutip Siregar 1920, "Ayahnya itu membawa anak gadis yang bagus, akan tetapi bukanlah Mariamin yang diharap-harapnya itu ...." hal. 101. Dari kutipan tersebut, kita dapat melihat bahwa orang tua Aminuddin membawa gadis lain pilihan mereka untuk dinikahkan dengan Aminuddin tanpa persetujuan Aminuddin terlebih dahulu. Aminuddin pun tidak dapat menolak pernikahan itu karena akan membuat malu keluarganya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan Siregar 1920, "Apakah kata bapaknya nanti, bila anak gadis yang dijemput ayahnya itu dikembalikan kepada orang tuanya? Itu belum pernah kejadian dan bukan adat!" hal. 102. Pada akhirnya bukan hanya Aminuddin yang dijodohkan oleh orang tuanya, tetapi Mariamin juga mengalami hal yang sama. Mariamin dijodohkan dengan laki-laki asal Padangsidempuan yang tidak dikenalnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan Siregar 1920, "Kesudahannya ia kawin dengan orang muda dari Padangsidempuan, orang muda yang tiada dikenalnya, orang muda yang tiada dicintainya, jodoh yang tak disukainya." hal. 110. Setelah menikah dengan pria asal Padangsidempuan ini, Mariamin mengetahui bahwa suaminya ternyata memiliki penyakit yang dapat menular ketika berhubungan badan. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, ""Patutlah ia pucat dan kurus," kata Mariamin pula dalam hatinya. "Seharusnyalah saya menjaga diriku supaya jangan menjangkit penyakitnya itu kepadaku." hal. 114. Hal ini terjadi karena mereka belum saling mengenal sebelumnya dan langsung menikah akibat adat dan kebiasaan perjodohan itu. Tidak hanya itu, hubungan rumah tangga mereka juga tidak harmonis karena Mariamin menolak untuk berhubungan badan dengan suaminya itu. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Pertengkaran yang serupa itu kerap kali kejadian di antara mereka itu, sehingga akhir-akhirnya Kasibun yang bengis itu tak segan menampar muka Mariamin. Bukan ditamparnya saja, kadang-kadang dipukulnya, disiksanya ..." hal. 119. Dari penjelasan-penjelasan dan bukti-bukti kalimat di atas, dapat disimpulkan bahwa Aminuddin dan Mariamin mengalami kesengsaraan akibat adat dan kebiasaan perjodohan yang mengharuskan mereka dan penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik dari sebuah novel. Tokoh terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama pada novel Azab dan Sengsara adalah Mariamin dan Aminuddin. Sedangkan tokoh pembantu pada novel Azab dan Sengsara adalah Sutan Baringin Ayah Mariamin, Baginda Mulia saudara kandung Sutan Baringin, Nuria Ibu Mariamin, Baginda Diatas Ayah Aminuddin, Ibu Aminuddin, Marah Sait, Kasibun. Penokohan merupakan cara pengarang untuk menunjukkan sifat/karakter dari tokoh yang ada di dalam sebuah novel. Penokohan sosok Mariamin dapat digambarkan sebagai orang yang perhatian, yang dapat dibuktikan pada kutipan Siregar 1920, ""Sudahkah berkurang sesaknya dada Ibuku itu?" tanyanya sambil dirabanya muka ibunya yang sakit itu." hal. 5. Kalimat di atas menunjukkan bahwa Mariamin merupakan sosok yang perhatian dengan Ibunya yang sedang sakit. Selain perhatian, Mariamin juga anak yang penurut, dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, ""Sedapat-dapatnya anakanda akan menurut perkataan bunda itu," sahut Mariamin, akan tetapi dalam hatinya ia merasa bala yang akan menimpa dirinya." hal. 112. Meskipun Mariamin merasa bahwa akan ada hal buruk yang menghampirinya, Mariamin tetap nurut akan perkataan Ibunya itu. Tidak hanya itu, Mariamin juga merupakan sosok yang lemah lembut. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, ""Mengapa angkang bertanya lagi?" jawab Mariamin, perempuan muda itu dengan suara yang lembut, karena itulah kebiasaannya; jarang atau belumlah pernah ia berkata marah-marah atau merengut, selamanya dengan ramah-tamah, lebih-lebih di hadapan anak muda, sahabatnya yang karib itu." hal. 4. Mariamin juga memiliki sifat yang jujur, hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Dengan tiada disembunyi-sembunyikan Mariamin menceritakan sekalian perkataan Aminuddin itu." hal. 11. Dalam kutipan tersebut, terlihat bahwa Mariamin tidak menyembunyikan apapun, ia menceritakan semua perkataan Aminuddin kepada Ibunya itu. Mariamin juga merupakan anak yang berbakti terhadap orang tuanya, terlihat dalam kutipan Siregar 1920, "Bagaimanakah dapat ia menolak perkawinan itu, karena ibunya berkehendak demikian. Menerangkan keberatannya serta perasaan kemauannya, tetapi membantah perkataan ibunya tak sampai hatinya; karena belum pernah diperbuatnya." hal. 109. Beralih ke penokohan sosok Aminuddin, ia juga seorang yang penurut dan berbakti pada orang tua, dapat dilihat dalam kutipan Siregar 1920, "Meskipun Aminuddin mula-mula menolak perkataan itu, tetapi pada akhirnya terpaksalah ia menurut bujukan dan paksaan orang itu semua." hal. 102. Kutipan tersebut menunjukkan sifat Aminuddin yang awalnya menolak, tetapi ia akhirnya menerima permintaan orang tuanya itu. Hal ini menunjukkan bahwa Aminuddin merupakan anak yang penurut pada orang tuanya meskipun hal tersebut menyakitkan. Selain itu, Aminuddin juga merupakan anak yang rajin pada saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Hal ini dapat dilihat pada kutipan Siregar 1920, "Meskipun ia yang terlebih kecil di antara kawan-kawannya, akan tetapi ia amat rajin belajar, baik di sekolah atau di rumah, sehingga gurunya amat menyayangi dia." hal. 15. Suka menolong juga menjadi sifat yang dimiliki Aminuddin sejak ia kecil. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan Siregar 1920, "Di luar dan di dalam sekolah ia selalu menolong mereka, asal dapat olehnya. Ia dimarahi sekali-sekali oleh gurunya, kadang-kadang sampai mendapat hukuman, tetapi bukanlah karena nakal atau jahatnya, hanyalah karena menolong temannya, waktu berhitung." hal. 15. Dari kutipan tersebut, sangatlah jelas bahwa Aminuddin merupakan orang yang ringan tangan, sampai-sampai ia terlalu baik saat membantu temannya. Selain Mariamin dan Aminuddin, kedua orang tua mereka dan Kasibun juga memiliki peran yang penting dalam novel ini. Sutan Baringin merupakan ayah dari Mariamin yang memiliki sifat licik, hal itu dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Utangku, yaitu bagiannya yang kuhabiskan, haruslah pula kubayar, karena tiada dapat disembunyikan lagi. Tapi siapa tahu, aku harus mencari akal." hal. 61. Kutipan tersebut menunjukkan kelicikan Sutan Baringin yang ingin mencari cara agar ia mendapat seluruh bagian dari harta warisan orang tuanya, padahal harusnya ada bagian yang diberikan kepada saudaranya. Ayah Mariamin itu juga merupakan sosok yang pemarah, dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Tutur yang lemah-lembut itu tiada berguna lagi. Bukanlah dia akan melembutkan hati Sutan Baringin, tetapi menerbitkan nafsu marah saja. Dengan suara yang merengus dan keras ia berkata, "Diamlah engkau, apakah gunanya engkau berkata-kata itu?"" hal. 65. Kutipan tersebut menunjukkan sifat Sutan Baringin yang pemarah, walaupun istrinya sudah berbicara dengan lemah lembut, tetapi ia tetap saja marah. Tidak hanya itu, Sutan Baringin juga memiliki sifat tamak yang terlihat jelas dalam kutipan Siregar 1920, "Demikianlah budi Sutan Baringin terhadap kepada saudaranya yang datang dari tanah rantau itu. Hati cemburu, loba, tamak, dengki, dan khizit, sekaliannya itu sudah berurat berakar dalam darahnya; itulah yang akan merusakkan diri Sutan Baringin." hal. 61. Terlepas dari sifat Ayah Mariamin yang kurang baik, Mariamin memiliki ibu yang penyayang, yang dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, ""Anakku sudah makan?" tanya si ibu seraya menarik tangan budak itu, lalu dipeluknya dan diciumnya berulang-ulang." hal. 7. Kutipan tersebut menunjukkan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, yaitu Mariamin. Selain penyayang, Ibu Mariamin juga seorang yang penyabar, hal itu dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Akan tetapi si ibu itu seorang perempuan yang sabar dan keras hati." hal. 83. Sementara, Baginda Diatas yang merupakan ayah dari Aminuddin memiliki sifat yang sombong. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan Siregar 1920, "Mariamin anak orang miskin akan menjadi istri anak mereka itu? Tentu tak mungkin, karena tak patut!" hal. 91. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Baginda Diatas tidak ingin untuk menikahkan Aminuddin dengan Mariamin oleh karena Mariamin adalah seorang gadis yang miskin. Padahal mereka berdua sudah saling mengenal sejak kecil dan memiliki hubungan yang sangat dekat. Meskipun begitu, Ibu Aminuddin memiliki sifat baik hati yang dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Kalau Mariamin telah menjadi menantunya, tentu adalah perubahan kemelaratan orang itu, pikir ibu Aminuddin." hal. 91. Dari kutipan tersebut, dapat dilihat sifat baik hatinya, karena awalnya Ibu Aminuddin mendukung permintaan anaknya untuk menikah dengan Mariamin meskipun ia seorang gadis miskin. Ibunya berpikir jika Aminuddin menikahi Mariamin, nasib Mariamin akan menjadi lebih baik. Tidak hanya baik hati, Ibu Aminuddin juga memiliki sifat penyayang. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Si ibu yang melihat kelakuan suaminya kepada anaknya, acap kali berkata, "Janganlah kakanda terlalu keras kepada anak kita itu! Umurnya belum berapa dan tulangnya belum kuat, tetapi kakanda selalu menyuruh dia bekerja." hal. 16. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Ibu Aminuddin sayang terhadap anaknya, Aminuddin. Ia tidak ingin anaknya yang masih kecil sudah bekerja terlalu keras. Kasibun, suami dari Mariamin yang merupakan hasil perjodohan dari ibunya memiliki sifat yang kasar. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Pertengkaran yang serupa itu kerap kali kejadian di antara mereka itu, sehingga akhir-akhirnya Kasibun yang bengis itu tak segan menampar muka Mariamin. Bukan ditamparnya saja, kadang-kadang dipukulnya, disiksanya ..." hal. 119. Kutipan tersebut menunjukkan sifat Kasibun yang sangat kasar terhadap istrinya sendiri. Terlihat dari kutipan bahwa ia tak segan untuk menampar, memukul, bahkan menyiksa yang digunakan dalam novel Azab dan Sengsara ini adalah alur campuran, karena runtutan alur pada novel terdapat alur maju dan alur mundur. Keseluruhan alur dapat dipahami dengan jelas karena perubahan-perubahan alur yang terlihat dengan jelas. Kisah diawali dengan perpisahan Aminuddin dan Mariamin di depan rumah Mariamin. Aminuddin berpamitan pada Mariamin dan mengatakan ia akan pergi merantau ke Deli untuk mencari pekerjaan. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Saya datang ini hanya hendak bersua dengan kau sebentar saja. Malam ini saya hendak pergi ke rumah seorang sahabatku yang baru datang dari Deli." hal. 4. Kisah dilanjutkan dengan menceritakan masa lalu Aminuddin dan Mariamin saat mereka masih kanak-kanak. Hal ini dapat dilihat pada kutipan Siregar 1920, "Mariamin anak yang cantik itu, duduk sekarang di kelas dua dan Aminuddin di kelas empat." hal. 20. Lalu kisah kembali dilanjutkan pada "masa sekarang" setelah Aminuddin meninggalkan kampung halamannya tiga bulan lamanya. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Tiga bulan sudah lamanya saya meninggalkan negeri tumpah darah kita, meninggalkan kampung halaman tempat kita bermain-main, meninggalkan kekasihku, Mariamin." hal. 87. Kisah itu dilanjutkan hingga akhir novel, yang berarti tidak ada lagi pergantian alur mundur hingga akhir kisahnya. Latar yang terdapat dalam novel Azab dan Sengsara terbagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar-latar dalam novel ini digambarkan dengan jelas, sehingga pembaca dapat mengetahui latar-latar yang digunakan dalam novel ini. Latar tempat dalam novel Azab dan Sengsara ini adalah Kota Sipirok, yang dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Akan tetapi siapakah yang duduk di sana, di sebelah rusuk rumah yang beratap ijuk dekat sungai yang mengalir di tengah-tengah kota Sipirok itu?" hal. 2. Batu besar juga menjadi latar tempat dalam novel ini yang dapat dibuktikan dengan kutipan Siregar 1920, "Sahut gadis itu seraya berdiri dari batu besar itu, yang biasa tempat dia duduk pada waktu petang." hal. 3. Selain itu, Rumah Mariamin juga menjadi latar tempat dalam novel ini yang dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Sekarang baiklah kita tinggalkan rumah kecil tempat kediaman ibu dan anaknya itu." hal. 13. Kampung A juga menjadi salah satu latar tempat pada novel ini. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Anak muda itu anak kepala kampung yang memerintahkan kampung A itu." hal. 13. Tidak hanya itu, Deli dan Medan juga termasuk dalam latar tempat pada novel ini. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Setelah lengkaplah sekalian, Baginda Diatas pun berangkatlah ke Deli mengantarkan menantunya itu." hal. 96, dan "Ia sudah mendengar kabar perkawinan Mariamin itu, itulah sebabnya ia datang ke Medan, dengan maksud hendak bersua dengan Mariamin, sahabatnya yang tak dilupakannya itu." hal. 116. Beralih ke latar waktu, kejadian dalam kisah ini terjadi pada pagi, sore, dan malam hari. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Waktu pukul tujuh pagi Mariamin sudah sedia di hadapan rumahnya menantikan Aminuddin, supaya mereka itu sama-sama pergi ke sekolah." hal. 21, "Hari yang panas itu berangsur-angsur menjadi dingin, karena matahari, raja siang itu, akan masuk ke dalam peraduannya, ke balik Gunung Sibualbuali, yang menjadi [batas] dataran tinggi Sipirok yang bagus itu." hal. 2, "Ah, rupanya hari sudah malam." hal. 3. Latar sosial merupakan hal yang penting dalam novel ini, karena latar sosial menjadi pokok permasalahan pada kisah ini. Salah satu latar sosial yang paling menonjol adalah mengenai perjodohan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan Siregar 1920, "Mereka itu memandang perkawinan itu suatu kebiasaan, yakni kalau anaknya yang perempuan sudah genap umurnya harus dijodohkan." hal. 40, "Dalam perkawinan, perkataan orang tualah yang berlaku, dan anak itu hanya menurut saja." hal. 86. Selain itu, ada pula latar sosial lainnya seperti tidak boleh menikah dengan marga yang sama. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Maka barang siapa yang hendak kawin, tiadalah boleh mengambil orang yang semarga dengan dia." hal. 94. Menikah haruslah dengan orang yang berasal dari keluarga yang sepadan atau lebih tinggi juga menjadi salah satu latar sosial dalam novel ini. Hal ini dapat dilihat dari kutipan Siregar 1920, "Mariamin anak orang miskin akan menjadi istri anak mereka itu? Tentu tak mungkin, karena tak patut! Bukankah orang itu telah hina di mata orang, lagi pula tak berada, boleh dikatakan orang yang semiskin miskinnya di daerah Sipirok?" hal. 91. Tidak hanya itu, perdukunan juga menjadi bagian dari latar sosial yang terdapat dalam novel ini. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Kamu mengatakan Mariamin juga yang baik menantu kita; kalau demikian baiklah kita pergi mendapatkan Datu Naserdung, akan bertanyakan untung dan rezeki Aminuddin, bila ia beristrikan Mariamin." hal. 92.Sudut pandang yang digunakan dalam novel Azab dan Sengsara adalah sudut pandang orang ketiga pengamat. Penulis menggunakan kata ganti orang ketiga "ia" dan menceritakan hal yang dialami oleh tokoh dalam cerita. Namun, tokoh yang diceritakan terbatas pada seorang tokoh saja. Seperti pada kutipan Siregar 1920, ""Masih di sini kau rupanya, Riam," tanya seorang muda yang menghampiri batu tempat duduk gadis itu. Yang ditanya itu terkejut, seraya memandang kepada orang yang datang itu." Dari kutipan tersebut, dapat dilihat bahwa penulis menggunakan kata ganti orang ketiga atau menyebutkan nama yaitu Riam dalam melukiskan kisah pada novel. Selain itu, penulis juga mampu mengungkapkan sesuatu yang didengar oleh tokoh Mariamin, yaitu suara pemuda yang memanggil. Mengutip Siregar 1920, ""Belumkah ia datang? Sakitkah dia? Apakah sebabnya ia sekian lama tak kulihat?" tanya perempuan itu berulang-ulang dalam hatinya." hal. 3. Dari kutipan tersebut, dapat dilihat bahwa penulis mampu melukiskan sesuatu yang dipikirkan tokoh tanpa langsung mengatakan apa perasaan yang sedang dirasakan oleh tokoh tersebut. Dari kutipan itu, penulis menggambarkan perasaan Mariamin yang khawatir karena Aminuddin tak kunjung Azab dan Sengsara karya Merari Siregar ini menggunakan cukup banyak gaya bahasa, namun yang paling menonjol adalah majas metafora, personifikasi, dan simile. Majas metafora adalah majas yang memakai analogi atau perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda. Majas metafora dapat dilihat dalam kutipan Siregar 1920, "Oleh karena perantaraan mereka berlaki-istri sudah kurang baik, karena si laki itu pun kecil hatinya dan malu akan dirinya sendiri." hal. 115. Kutipan tersebut termasuk dalam majas metafora karena terdapat kata "kecil hati" pada kalimat tersebut. Kecil hati pada kalimat tersebut bukan berarti hatinya kecil, melainkan mudah merasa tersinggung atau marah. Sedangkan majas personifikasi berarti membandingkan antara manusia dengan benda mati, seolah-olah benda tersebut memiliki sifat layaknya manusia. Majas personifikasi dapat ditemukan dalam kutipan Siregar 1920, "Ia diayun-ayunkan angin yang lemah-lembut itu." hal. 73. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa angin yang merupakan benda mati memiliki sifat seperti manusia, yaitu mengayun-ayun. Majas simile dapat didefinisikan sebagai majas yang mengumpamakan suatu hal dengan hal lain. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan Siregar 1920, "Sekarang tak tertahan lagi olehnya, sudah habis kekuatannya, ibarat mata air yang ditutup, demikianlah kemasygulannya itu; sekarang sudah datang waktunya hendak meletus." hal. 9. Kata "ibarat" dalam kutipan tersebut menunjukkan majas simile, karena ibarat memiliki maksud yang sama dalam konteks mengumpamakan suatu hal dengan hal yang lain. 1 2 Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Selaindisebut sebagai Angkatan Balai Pustaka, karya-karya yang lahir pada masa Angkatan kesusastraan ini juga disebut dengan Angkatan 20-an. Titik awal Angkatan Balai Pustaka dimulai ketika terbitnya roman Azab dan Sengsara oleh Merari Siregar yang disebut sebagai awal kebangkitan Angkatan Balai Pustaka.
0% found this document useful 0 votes129 views5 pagesDescriptionAnalisisis Novel Azab Dan sengsaraCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes129 views5 pagesAnalisis Novel Azab Dan SengsaraJump to Page You are on page 1of 5 You're Reading a Free Preview Page 4 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Ciriciri Novel Angkatan Pujangga Baru (30-an) 1. Menggambarkan pertentangan kehidupan orang-orang kota, soal emansipasi wanita. 2. Hasil karyanya mulai bercorak kebangsaan; memuat soal kebangunan bangsa. 3. Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa. 4. Puisinya bukan pantun lagi, muncul bentuk
Sinopsis Novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar MJ Brigaseli ANALISIS NOVEL “AZAB DAN SENGSARA” KARYA MIRARI SIREGAR SamsulaminBlog Analisis novel Azab Dan Sengsara - Merari Siregar - AF-Production SINOPSIS NOVEL “AZAB DAN SENGSARA” karya Merari Siregar - PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI JARI KAMU √Contoh Buku Fiksi dan Nonfiksi Sinopsis Novel Azab dan Sengsara DOC ANALISIS NOVEL AZAB DAN SENGSARA KARYA MERARI SIREGAR Boedy Setiawan - Resensi Azab Dan Sengsara PDF Analisis Novel Azab dan Sengsara Analisis Novel Azab Dan Sengsara PDF Sinopsis Novel Azab Dan Sengsara Analisis Novel Azab Dan Sengsara Azab dan Sengsara by Merari Siregar Periodisasi sastra angkatan balai pustaka 20 APRESIASI SASTRA Resensi Novel Azab dan Sengsara Jual Novel AZAB DAN SENGSARA RESENSI NOVEL AZAB DAN SENGSARA - ppt download PPT - RESENSI NOVEL AZAB DAN SENGSARA PowerPoint Presentation, free download - ID3867485 Analisis Novel “Azab dan Sengsara” – Konspirasi Semesta MENGUNGKAP MAKNA YANG TERSIRAT DALAM SURAT CINTANYA NOVEL AZAB DAN SE… PPT - RESENSI NOVEL AZAB DAN SENGSARA Karya Merari Siregar PowerPoint Presentation - ID3711871 Resensi Novel Azab dan Sengsara Karya Merari Siregar - TIADA MASALAH TANPA SOLUSI Azab Dan Sengsara PDF Analisis Novel Azab dan Sengsara DOC Apresiasi Novel - Azab dan Sengsara karya Merari Siregar Risnasari Rosman - Warna Lokal Batak Angkola Dalam Novel “Azab Dan Sengsara” Karya Merari Siregar ![Review Buku] Azab dan Sengsara Bukan Siti Nurbaya tapi Mariamin - Rani R Tyas’s journal] Review Buku] Azab dan Sengsara Bukan Siti Nurbaya tapi Mariamin - Rani R Tyas’s journal power point menanalisis novel ANALISIS NOVEL AZAB DAN SENGSARA KARYA MERARI SIREGAR - MENGUNGKAP MAKNA YANG TERSIRAT DALAM SURAT CINTANYA NOVEL AZAB DAN SE… MENGUNGKAP MAKNA YANG TERSIRAT DALAM SURAT CINTANYA NOVEL AZAB DAN SE… MAJAS SIMILE DALAM NOVEL AZAB DAN SENGSARA KARYA MERARI SIREGAR Felta Lafamane Universitas Haluoleo Fakultas Sastra PENDAHULUAN Sinopsis Novel Azab Dan Sengsara MENGUNGKAP MAKNA YANG TERSIRAT DALAM SURAT CINTANYA NOVEL AZAB DAN SE… Analisis Novel “Azab dan Sengsara” Karya Merari Siregar - YouTube Ringkasan Novel Azab Dan Sengsara1 PDF Badan Bahasa Analisis Novel Azab dan Sengsara IDENTIFIKASI MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL AZAB DAN SENGSARA KARYA MERARI SIREGAR DOC Analisis Novel Azab dan Sengsara Nurul Hidayati - analisis novel azab dan sengsara karyamerari siregar - YouTube Analisis Novel Azab Dan Sengsara Analisis Novel Sengsara Membawa Nikmat – Dengan Sinopsis Azab Dan Sengsara Sinopsis Novel Angkatan 45 - Perangkat Sekolah Azab dan Sengsara by Merari Siregar PDF Pemakaian Bahasa Melayu dari Novel berjudul “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Bahasa Indonesia nurul amalia - Sinopsis dan Unsur – Unsur Intrinsik Novel “ Di Bawah Lindungan Ka’bah” karya HAMKA Diajukan Memenuhi Tugas Mata Kuliah Apresiasi Sastra Indonesia. - ppt download Analisis Novel Azab dan Sengsara Analisis Novel Azab Dan Sengsara Analisis Novel “Azab dan Sengsara” – Konspirasi Semesta DOC UNSUR-UNSUR BUDAYA BATAK ANGKOLA DI DALAM NOVEL " AZAB DAN SENGSARA " KARYA MERARI SIREGAR Hatijah Ijha - Novel Angkatan 20 An Azab Dan Sengsara Jual ~ buku Novel Sengsara Membawa nikmat - Jakarta Barat - naeva_shop Tokopedia Jual SASTRA AZAB DAN SENGSARA - Jakarta Pusat - TB Omju Tokopedia ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL INDONESIA Analisis Novel Azab dan Sengsara Skripsi Nilai Moral Dalam Novel – SKRIPSI Nilai dalam Novel Azab dan Sengsara’ Karya Merari Siregar Jual Buku Murah azab dan sengsara - Kota Bandung - bukukw Tokopedia PPT – RESENSI NOVEL AZAB DAN SENGSARA Karya Merari Siregar PowerPoint presentation free to view - id 46efc7-NmVlM Tangan Takdir dalam Si Jamin dan Si Johan karya Merari Siregar karya R. Abdul Azis Resensi Novel Angkatan 20 PERUBAHAN MAKNA DALAM NOVEL AZAB DAN SENGSARA KARYA MERARI SIREGAR SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA I Analisis Novel Azab dan Sengsara SINOPSIS NOVEL “SALAH ASUHAN” karya Abdul Muis - PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI JARI KAMU Analisis Novel “Azab dan Sengsara” – Konspirasi Semesta Buku BINDO C-15 Berani Menyampaikan Bagian KEDUA KONSTITUSI PARARUBIAH SENGSARA YESUS .akan sengsara Yesus tetap hidup dalam keterbatasan - [PDF Document] DAFTAR PUSTAKA Afifudin dan Beni Ahmad Saebani. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung Pustaka Setia. Agung, Ade Muha Azab Dan Sengsara Merari Siregar Analisis Novel Azab dan Sengsara Sinopsis dan Unsur – Unsur Intrinsik Novel “ Di Bawah Lindungan Ka’bah” karya HAMKA Diajukan Memenuhi Tugas Mata Kuliah Apresiasi Sastra Indonesia. - ppt download Sengsara Membawa Nikmat by Tulis Sutan Sati 25+ Contoh sinopsis novel brainly ideas in 2021 Cerita Sinopsis - JudulAZAB DAN SENGSARA Penulis Merari Siregar Tahun 1920 Novel yang berjudul \u201cAzab dan Sengsara\u201d karya Merari Siregar ini Course Hero Karakteristik Karya Sastra Indonesia Tiap Angkatan PPT - Resensi Novel PowerPoint Presentation, free download - ID4520276 DILUPUTKAN DARI MASA SENGSARA BESAR - 1 DILUPUTKAN DARI MASA… Bicara soal pengangkatan, ada beberapa - [PDF Document] Analisis Novel Azab dan Sengsara ANALISIS NOVEL ”AZAB DAN SENGSARA” OLEH FAISAL EFENDI SENGSARA MEMBAWA NIKMAT, Derita Midun Si Pemuda Baik Hati by Jono Swara Medium Analisis Novel “Azab dan Sengsara” – Konspirasi Semesta Jual SITI NURBAYA - MARAH RUSLI - Kota Yogyakarta - PONDOK BUKU Tokopedia PDF Risman Iye dan Susiati Nilai Edukatif dalam Novel Sebait Cinta di Bawah … NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL SEBAIT CINTA DI BAWAH LANGIT KAIRO KARYA MAHMUD JAUHARI ALI Educative Values in Sebait PROSA JAWA MODERN Jenis Karya Sastra 1 Puisi Ringkesan Novel Sunda - Perangkat Sekolah Analisis novel Azab Dan Sengsara - Merari Siregar - AF-Production SEJARAH DAN FIKSI DALAM DUA NOVEL KARYA KWEE TEK HOAY SEBUAH TINJAUAN SASTRA SEJARAH THE HISTORY AND FICTION IN TWO NOVELS BY K Analisis Novel “Azab dan Sengsara” – Konspirasi Semesta Belanda Butuh Alat Propaganda, Lahirlah Balai Pustaka Sastra Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Jual Sirkuit Kemelut - Ashadi Siregar di Lapak Buku Beta Bukalapak Sinopsis Atheis karya Achdiat K. Miharja MJ Brigaseli ANALISIS NOVEL “AZAB DAN SENGSARA” Jual Novel SITI NURBAYA Karya MARAH RUSLI Analisis Novel “Azab dan Sengsara” – Konspirasi Semesta Top PDF Budaya Lokal dalam Novel Matahari di Atas Gilli Karya Lintang Sugianto - PDF NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN MERAH KARYA BRAHMANTO ANINDITO DAN RIE YANTI Moral Values in Main Characters in Satin Merin Novel Brahmanto Anindito and Rie Yanti Sengsara Membawa Nikmat by Tulis Sutan Sati ▷ Analisis Novel Sengsara Membawa Nikmat
Azabdan Sengsara Pagar Kawat Berduri Belenggu Ziarah Layar Terkembang Bumi Manusia Guru ISa Anak Semua Bangsa dll . 2. Novel atau cerpen dari pengarang Pendahuluan (Pentingnya analisis novel tersebut)Mengapa novel/cerpen tersebut menarik (tema, latar, tokoh, pokok persoalan) disertai
APRESIASI PROSA NOVEL “AZAB DAN SENGSARA” KARYA MERARI SIREGAR Makalah Memenuhi tugas UAS matakuliah Apresiasi Prosa yang diampu oleh Bapak Maulfi Syaiful Rizal, M. Pd Oleh Nurul Hidayati 125110706111001 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Karya sastra adalah hasil pekerjaan seni kreatif manusia yang menampilkan kehidupan di dalamnya, yang tidak hanya berisi imajinasi tetapi juga realita sosial. Karya sastra contohnya prosa memiliki beberapa jenis, seperti cerpen, novel, dan novelet. Karya sastra seperti novel dan cerpen menurut pandangan tradisional memiliki dua unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam karya sastra itu sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan karya sastra tersebut. Stanton 201220-47 membedakan unsur pembangun novel atau karya fiksi ke dalam tiga macam yaitu fakta, tema dan sarana pengucapan. Fakta meliputi karakter atau penokohan, plot alur, dan setting latar ketiganya secara fakta dan nyata bisa dibayangkan peristiwa dan eksistensinya. Tema adalah dasar cerita atau makna yang disampaikan pengarang, yang bersinonim dengan ide cerita. Pengucapan atau sarana sastra literary devices adalah teknik yang digunakan pengarang untuk memilih dan menyusun detil-detil cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Sarana sastra pada umumnya meliputi sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, dan ironi. Metode atau sarana pengucapan ini bertujuan agar pembaca dapat melihat fakta-fakta cerita yang disampaikan pengarang Dari gambaran di atas peneliti dapat mengambil simpulan bahwa sebuah karya sastra sangat bergantung terhadap bagaimana seorang pengarang membangun unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis Hill dalam Pradopo, 1995108. Menganalisis karya sastra berarti menguraikan unsur-unsur Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 2 pembentuknya. Sehingga, makna keseluruhan karya sastra dapat dipahami. Selain itu, makna keseluruhan karya sastra hanya dapat diketahui dari hubungan struktur yang membangun karya sastra unsur intrinsik. Rumusan Masalah Apa unsur intrinsik yang terdapat dalam novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar Tujuan Mengetahui dan menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam novel “ “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian Teori Teori Struktural Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan pada teks- teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi atau hubungan antara berbagai unsur teks yaitu unsur intrinsik teks karya sastra. Unsur-unsur teks jika berdiri sendiri tidak akan memiliki arti. Hal ini menyebabkan harus terdapatnya relasi antara unsur-unsur agar memiliki kesatuan makna yang berhubungan secara utuh. Unsur intrinsik karya sastra yang terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat yang terdapat dalam novel “Azab dan Sengsara”. Tema Tema adalah gagasan pokok, yang dipakai sebagai dasar mengarang. Tema merupakan unsur penting. Tema lebih dari sesuatu yang dapat menjadi faktor pemersatu berbagai unsur-unsur yang bersama-sama membangun karya sastra. Alur Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita yang berhubungan sebab akibat Stanton, 201226. Tahap-tahap perkembangan alur secara rinci dikemukakan oleh Tasrif dalam Nurgiantoro, 2010149 sebagai berikut Situation merupakan penggambaran dan pengenalan latar dan tokoh cerita. Generating Circumstances merupakan tahap pemunculan konflik, dan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan terjadinya konflik mulai dimunculkan. Rising Action adalah tahap yang memperlihatkan peristiwa-peristiwa yang mulai memuncak. Climaks merupakan tahap alur yang memperlihatkan puncak dari peristiwaperistiwa yang telah terjadi sejak dari bagian situation. Denoument tahap alur yang ditandai oleh adanya pemecahan soal dari semua peristiwa. Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 4 Penokohan Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau yang bertindak atau bersikap dalam berbagai peristiwa dalam cerita. sedangkan penokohan atau karakter merujuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Latar Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000216. Latar terbagi menjadi tiga kategori, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Yang dimaksud sebagai latar tempat adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah geografis, latar waktu berkaitan dengan masalah-masalah historis, dan latar sosial berhubungan dengan perilaku atau tata cara kehidupan kemasyarakatan, yang dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Sudut Pandang Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca Abram, dalam Nurgiantoro, 2010248. Secara garis besar ada dua macam sudut pandang, yakni sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang pertama yaitu pengarang menempatkan dirinya sebagai pelaku sekaligus narator dalam cerita. Menggunakan kata ganti “Aku” atau “Saya”. Walau demikian, sudut pandang ini bisa dibedakan berdasarkan kedudukan “Aku”. Apakah dia sebagai pelaku utama cerita? atau hanya sebagai pelaku tambahan yang menuturkan kisah tokoh lainnya? Sudut pandang orang ketiga yaitu pengarang menempatkan dirinya sebagai narator yang berada di luar cerita, atau tidak terlibat dalam cerita. Dalam sudut pandang ini, narator menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut namanya, atau kata gantinya; “dia” atau “ia”. Sudut pandang Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 5 orang ketiga dapat dibedakan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap cerita. Pada satu pihak, pengarang atau narator dapat bebas mengungkapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “Dia”. Di pihak lain, pengarang atau narator tidak dapat leluasa menguangkapkan segala hal yang berhubungan dengan tokoh “Dia”, atau dengan kata lain hanya bertindak sebagai pengamat. Amanat Amanat, ialah pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui isi cerita yang dikarangnya. Amanat yang disampaikan dapat secara langsung tertulis, dialog antartokoh dalam cerita atau tidak langsung tersirat dalam cerita. Pendekatan Analitis Aminuddin 201144 mengungkapkan bahwa pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur intrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya. Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 6 Analisis Berdasarkan Data Tema Novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar ini mengangkat tema tentang adat dan kebiasaan di masyarakat yang dapat membawa kesengsaraan dalam kehidupan. Adat dan kebiasaan yang dijelaskan dalam novel tersebut adalah adat dan kebiasaan menjodohkan anak yang menyebabkan kesengsaraan untuk dua anak manusia karena kasih tak sampai. Seperti yang terlihat dalam kutipan di bawah ini. Kedua laki-istri itu mufakat akan mencarikan jodoh anak mereka itu Merari Siregar, 2010135 Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa orang tua yang mencari dan menentukan jodoh untuk anak mereka tidak melakukan mufakat dengan anak terlebih dulu sebelumnya. Sehingga anak tidak dapat menolak ketika telah dijodohkan, walau pun ia tidak menyukai bahkan tidak mengenal seorang yang akan menjadi jodohnya. Karena jika ia menolak dapat membuat malu keluarga. Orang tua juga dalam menentukan jodoh melihat dari latar belakang keluarga calon menantu. Apakah sudah sepadan dengan mereka atau belum? Sehingga walau pun sang anak telah memiliki seorang yang dicintai, akan tetapi jika tidak dari keluarga dengan latar belakang yang tinggi atau sepadan dengan mereka tidak dapat diterima sebagai menantu. Hal ini karena dianggap tidak pantas dan akan merendahkan martabat mereka di mata masyarakat karena memiliki menantu dari kalangan yang rendah. Sehingga akhirnya anak yang akan menjadi korban dan akan menanggung sengsara karena adat dan kebiasaan ini. Seperti pada kutipan di bawah ini. Mariamin anak orang miskin akan mejadi istri anak mereka itu? Tentu tak mungkin, karena tak patut! Merari Siregar, 2010135 Kutipan di atas menunjukkan bahwa orang tua tidak setuju atau tidak sudi memiliki menantu dari kalangan keluarga yang rendah atau miskin. Hal ini lagilagi karena dianggap dapat merendahkan martabat di mata masyarakat. Karena Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 7 mereka merupakan keluarga terpandang yang seharusnya juga memiliki menantu dari keluarga terpandang. Walau pun Aminuddin telah memiliki seorang yang dicintai yaitu Mariamin, dan tali persaudaraan mereka juga masih dekat. Tetapi tetap orang tua tidak menginginkannya. Seperti pada kutipan di bawah ini. Oleh sebab itu tiadalah ingin mereka itu lagi datang ke rumah istri mendiang Sutan Baringin menanyakan anak dara kesukaan Aminuddin itu, sungguhpun pertalian mereka masih dekat Merari Siregar, 2010135 Kutipan di atas menunjukkan bahwa orang tua Aminuddin tidak peduli dengan perasaan Aminuddin terhadap Mariamin. Atau tali silaturrahmi keluarga mereka yang dapat dipererat lagi dengan pernikahan Aminuddin dan Mariamin. Hal ini karena mereka lebih mementingkan adat atau kebiasaan dan pandangan masyarakat nanti jika menjadikan Mariamin menantu. Ayahnya itu membawa anak gadis yang bagus, akan tetapi tetap bukanlah Mariamin yang diharap-harapkannya itu Merari Siregar, 2010151 Bagaimana pertemuan anak muda itu tak dilukiskan di sini. Tiadalah dapat menuliskan sedih dan pilu, kesal dan kecewa yang diderita hati anak muda remaja itu ... Merari Siregar, 2010151 Kutipan di atas menunjukkan bahwa orang tua Aminuddin membawa gadis lain pilihan mereka untuk dinikahkan tanpa mufakat dengan Aminuddin terlebih dahulu. Ini menyebabkan sakit dan derita yang berat untuk Aminuddin, karena harus menikah dengan gadis yang tidak dicintai bahkan tidak dikenalnya. Apalagi ia juga tidak dapat menolak keinginan orang tuanya itu. Karena akn menyebabkan malu untuk keluarga. Hal itu juga belum pernah terjadi di kebiasaan dan bukan adat mereka menolak gadis yang telah dijemput orang tua untuk dinikahkan. Seperti pada kutipan di bawah ini. Apatah kata bapaknya nanti, bila anak gadis yang telah dijemput ayahnya itu dikembalikan kepada orang tuanya? Itu belum penah kejadian dan bukan adat! Merari Siregar, 2010152. Bukan hanya Aminuddin yang harus menderita karena harus menikah dengan gadis lain. Tetapi juga Mariamin yang juga akhirnya mengalami hal yang sama yaitu diodohkan dengan laki-laki yang tidak dicintai bahkan dikenalnya. Karena adat dan kebiasaan ini. Seperti pada kutipan di bawah ini. Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 8 Kesudahannya ia kawin dengan orang muda dari Padangsidempuan, orang muda yang tiada dikenalnya, orang muda yang tiada dicintainya, jodah yang tak disukainya Merari Siregar, 2010162 Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa akhirnya Mariamin juga melakukan kebiasaan dan adat perjodohan tersebut. Apalagi laki-laki yang menjadi suaminya memiliki penyakit mematikan yang dapat menular ketika berhubungan badan dengan Mariamin. Kenyataan pedih ini harus dihadapi Mariamin karena adat dan kebiasaan perjodohan. Ketika lelaki yang akan menjadi pasangan hidup kita ditentukan oleh orang lain sekalipun orang tua. Tetapi belum kita kenal dia dengan baik. Sehingga perangai buruknya baru terlihat setelah menikah. Hal ini menyebabkan kesengsaran yang pedih. Seperti yang harus dialami Mariamin. Seperti pada kutipan di bawah ini. “patutlah ia pucat dan kurus.” Kata Mariamin pula dalam hatinya. “seharusnyalah aku menjaga diriku supaya jangan menjangkit penyakitnya itu kepadaku Merari Siregar, 2010169 Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa Mariamin kaget ketika mengetahui lelaki yang menjadi suaminya memiliki penyakit yang mematikan. Hal ini terjadi karena sebelum menikah mereka belum saling mengenal satu sama lain, karena adat dan kebiasaan perjodohan tersebut. Dari penjelasan-penjelasan di atas menunjukkan kesengsaraan yang harus dialami oleh dua anak manusia yaitu Aminuddin dan Mariamin karena adat dan kebiasaan perjodohan yang memisahkan cinta mereka. Alur Alur yang digunakan dalam novel “Azab dan Sengsara” adalah alur campuran, karena di dalam novel memiliki runtutan alur yang terdapat alur maju dan alur mundur yang dapat dilihat dari analisis dan penjelasan di bawah ini. 1 Situation merupakan penggambaran dan pengenalan latar dan tokoh cerita. Dalam novel “Azab dan Sengsara” penggambaran dan pengenalan latar adalah di sore hari ketika orang pulang ke rumah setelah bekerja dan melakukan kebiasaan-kebiasaan mereka. Seperti pada kutipan di bawah ini. Dari yang panas berangsur-angsur menjadi dingin, karena matahari, raja siang itu, akan masuk ke dalam peraduannya kebalik Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 9 gunung Sibualbuali, yang menjadi watas dataran tinggi Sipirok Merari Siregar, 20101 Dari kutipan di atas diketahui latar dalam novel yaitu Sipirok. Sedangkan penggambaran kebiasaan penduduk Sipirok terdapat dalam kutipan di bawah ini. Laki-laki sedang sembahyang Magrib di masid besar dan perempuan tengah bertanak hendak menyediakan makanan untuknya anak-beranak Merari Siregar, 20102 Penggambaran dan pengenalan tokoh dalam novel “Azab dan Sengsara” adalah ketika Mariamin menunggu kedatangan Aminuddin berkunjung ke rumahnya. Seperti pada kutipan di bawah ini. “Masih di sini kau rupanya, Riam,” tanya seorang muda yang menghampiri batu tempat duduk gadis itu Merari Siregar, 20103-4 Dari analisis di atas dapat dijelaskan bahwa tahap situation yang terdapat dalam novel “Azab dan Sengsara” adalah penggambaran dan pengenalan latar di Sipirok yang merupakan sebuah daerah dataran tinggi di Sumatra yang masih hidup dengan kebiasaan dan adat terdahulu. Yaitu berhenti bekerja hanya samapi senja hari dan perempuan atau pengenalan tokoh Mariamin yang menunggu kedatangan Aminuddin berkunjung yang merupakan kebiasaan bahwa lelaki datang berkunjung ke rumah gadis yang disukainya. 2 Generating Circumstances merupakan tahap pemunculan konflik, dan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan terjadinya konflik mulai dimunculkan. Penggambaran dan pengenalan tokoh Mariamin yang sedang menunggu kedatangan Aminuddin kekasihnya dengan hati cemas karena sudah petang belum juga datang . Hingga akhirnya Aminuddin datang yang membuat lega hati Mariamin. Seperti dalam kutipan di bawah ini. “belumkah ia datang? Sakitkah dia? Apakah sebabnya ia sekian lama tak kulihat?” tanya perempuan itu berulang-ulang dalam hatinya Merari Siregar, 20102 Dari kutipan di atas terlihat Mariamin yang termenung berbicara dalam hati, karena Aminuddin tidak datang juga. Perasaannya semakin melayang-layang karena sudah petang juga Aminuddin belum datang. Hingga akhirnya Aminuddin datang yang membuat hati Mariamin lega. Seperti pada kutipan di bawah ini. Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 10 “Ah, rupanya hari sudah malam. Dari tadi saya menunggununggu Angkang,” Merari Siregar, 20104 Setelah kedatangan Aminuddin yang ditunggu. Mulailah Aminuddin mengucapakan maksud kedatangannya mengunjungi Mariamin. Maksud hendak mengucapkan selamat tinggal karena akan pergi mencari pekerjaan ke Deli Medan. Hal ini yang membuat hati Mariamin kembali murung dan bersedih, karena akan ditinggalkan Aminuddin. Berat hati Mariamin akan melepas kepergian Aminuddin. Seperti yang terlihat dalam kutipan di bawah ini. Saya bermaksud hendak pergi ke Deli mencari pekerjaan. Ingatlah saya pergi bukan meninggalkan engakau, tetapi mendapatkan engkau Merari Siregar, 20105 Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa Aminuddin meyakinkan Mariamin bahwa ia pergi bukan untuk meninggalkan kekasihnya itu, tetapi untuk bersama nanti. Aminuddin pergi untuk mencari pekerjaan karena tidak mungkin selamanya ia akan bergantung pada harta warisan orang tua. setelah mendapatkan pekerjaan ia pun akan kembali untuk mendapatkan Mariamin. Tahap ini juga ditandai dengan datangnya surat Aminuddin dari Deli setelah sekian lama tanpa kabar. Aminuddin mengatakan bahwa ia telah mendapatkan pekerjaan. Hal ini membuat penderitaan yang dialami Mariamin terasa lebih ringan. Karena akan segera bersama dengan Aminuddin. Seperti dalam kutipan surat di bawah ini. Dengan girang hatiku, Kakanda memaklumkan kepada Adinda, bahwa Kakanda telah beroleh pekerjaan, ... Merari Siregar, 2010128 Dari kutipan di atas terlihat kebahagiaan yang tersirat dari isi surat Aminuddin untuk Mariamin. Setelah lama tak ada kabar akhirnya datang surat yang mengembirakan bahwa Aminuddin telah mendapatkan pekerjaan. Setelah itu Mariamin menulis surat balasan untuk Aminuddin bahwa ibunya telah setuju untuk Aminuddin mengambil Mariamin. Seperti dalam kutipan berikut. Tentang pikiran Adinda, ibu kita adalah bersetuju dengan permintaan Adinda Merari Siregar, 2010132 3 Situation merupakan penggambaran dan pengenalan latar dan tokoh cerita. Dalam novel “Azab dan Sengsara” penggambaran dan pengenalan latar kampung A tempat tinggal Aminuddin dan keluarganya. Ayahnya Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 11 seorang kepala kampung A yang disegani masyarakat. seperti pada kutipan di bawah ini. ... dan itulah tempat lahir dan tinggal Aminuddin, seorang anak muda yang beru berumur dekapan belas tahun. Anak muda itu anak kepala kampung yang memerintah kampung A itu Merari Siregar, 201018 Dari kutipan di atas diketahui bahwa Aminuddin memiliki derajat sosial yang tinggi karena merupakan anak dari kepala kampung yang kaya dan banyak disegani masyarakat. seperti pada kutipan di bawah ini. Ayah Aminuddin bolehlah dikatakan seorang kepala kampung yang terkenal di antero luhak Sipirok Merari Siregar, 201018 4 Generating Circumstances merupakan tahap pemunculan konflik, dan peristiwa-peristiwa dimunculkan. yang menyebabkan terjadinya konflik mulai Tahap ini ditandai dengan kedekatan Aminuddin dan Mariamin sejak kecil. Aminuddin pernah menolong Mariamin di sungai ketika banjir besar terjadi. Hal ini membuat tali persahabatan mereka semakin erat dan menumbuhkan kasih sayang diantara mereka berdua. Mariamin merasa utang nyawa pada Aminuddin dapat dibayarnya nanti ketika dewasa. Seperti pada kutipan di bawah ini. Pada waktu yang sekejap itu tampaklah oelh Aminuddin Mariamin terapung sebentar. Dengan secepat-cepatnya ia pun menangkap anak perempuan itu, lalu didekapnya dengan tangan kirinya, ... Merari Siregar, 201053 Dari kutipan di atas terlihat Aminuddin yang dengan sigap dan cepat menangkap Mariamin yang telah terapung di sungai yang banjir. Mariamin yang merasa telah berhutang budi pada Mariamin memutuskan untuk membalasnya ketika mereka telah dewasa. Seperti padakutipan di bawah ini. Ya, di belakang hari, bila ia sudah besar, tentu mengertilah ia akan makna “Utang mas dapat dibayar, utang budi dibawa mati” Merari Siregar, 201054 5 Rising Action adalah tahap yang memperlihatkan peristiwa-peristiwa yang mulai memuncak. Tahap ini ditandai dengan datangnya surat dari Baginda Mulia untuk Sutan Baringin ayah Mariamin bahwa ia akan pulang ke Sipirok setelah lama tinggal di Deli. Ayah Mariamin yang berburuk sangka menyangka kedatangan Baginda Mulia saudaranya akan meminta bagian Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 12 warisan peninggalan orang tua. Padahal bukan hal tersebut yang menjadi tujuan Baginda Mulia. Seperti pada kutipan di bawah ini. “Bulan dimuka ia datang, tiada lama lagi; ... Tapi siapa tahu, aku harus mencari akal,” ... Merari Siregar, 201090 Dari kutipan di atas terlihat kelicikan Sutan Baringin yang tidak ingin memberikan bagian harta saudaranya. Walau pun itu adalah hak dari Baginda Mulia dan kewajibannya untuk memberikan. 6 Climaks merupakan tahap alur yang memperlihatkan puncak dari peristiwaperistiwa yang telah terjadi sejak dari bagian situation. Tahap ini ditandai dengan perkara harta warisan Baginda dan Sutan Baringin yang di bawa ke Pengadilan. Karena Sutan Baringin tidak ingin berdamai dan hidup rukun dengan Baginda walau telah dibujuk. Seperti dalam kutipan di bawah ini. “Diam, tak kukenal kau, engkau datang ke sini sebagai pencuri tengah malam, ayoh, nyah!” kata Sutan Baringin dengan suara kasar Merari Siregar, 2010104 Setelah mendengar perkataan kasar Sutan Baringin Baginda Mulia memutuskan untuk membawa perkara tersebut ke pengadilan. Seperti dalam kutipan di bawah ini. Setelah lewat sebulan, sampailah perkara itu ke tangan pengadilan di Padangsidempuan, ibu negeri Pengadilan dengan Sipirok Merari Siregar, 2010104 Di pengadilan perkara dimenangkan pihak Baginda Mulia. Sutan Baringin yang tidak puas membawa perkara hingga ke Pengadilan di Jakarta, tetapi tetap dimenangkan oleh Baginda Mulia. Hingga akhirnya Sutan Baringin hidup melarat bersama keluarganya. Seperti dalam kutipan di bawah ini. Sekarang pulanglah ia ke kampung seorang diri, membawa malu, kehinaan, mendukung kemiskinan dan kemelaratan, karena harta telah habis musnah dalam waktu yang sekian pendek itu Merari Siregar, 2010107 7 Denoument tahap alur yang ditandai oleh adanya pemecahan soal dari semua peristiwa. Tahap ini ditandai dengan kematian Sutan Baringin sakit Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 13 dan akhirnya meninggal dunia dan meninggalkan azab dan kesengsaraan untuk anak dan istrinya. Seperti dalam kutipan di bawah ini. Kemudian berkatalah Sutan Baringin,”Ajalku sudah sampai ... Merari Siregar, 2010120 Kutipan di atas menunjukkan akhir dari kehidupan Sutan Braingin di dunia. Tetapi merupakan awal dari kesengsaraan hidup yang harus dilalui istri dan anakanaknya yaitu Nuria iastrinya dan Mariamin anaknya. 8 Rising Action adalah tahap yang memperlihatkan peristiwa-peristiwa yang mulai memuncak. Tahap ini ditandai dengan Aminuddin meminta oang tuanya membawa Mariamin ke Deli untuk menjadi istrinya. Tetapi orang tuanya tidak setuju karena Mariamin hanya seorang gadis miskin. Seperti yang terlihat dalam kutipan di bawah ini. Mariamin anak orang miskin akan mejadi istri anak mereka itu? Tentu tak mungkin, karena tak patut! Merari Siregar, 2010135 Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ayah Aminuddin tidak ingin Mariamin menjadi menantunya karena dari keluarga miskin. Sedangkan mereka adalah keluarga yang disegani dan dihormati olah masyarakat. Hal ini akan menmnbulkan malu untuk keluarga karena beroleh menantu dari keluarga miskin. Sehingga mereka memutuskan untuk mencari menantu lain. Seperti dari kutipan di bawah ini. Betul anak gadis itu bagus rupanya, lagi masuk kaum mereka juga, akan tetapi kaum tinggal kaum, perempuan yang elok dapat dicari Merari Siregar, 2010135 9 Climaks merupakan tahap alur yang memperlihatkan puncak dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi sejak dari bagian situation. Tahap ini ditandai dengan Aminuddin yang menikah dengan gadis pilihan ayahnya. Walau pun berat untuk Aminuddin menerima gadis pilihan ayahnya. Tetapi akhirnya ia menerima dan megikutinya. Seperti dalam kutipan di bawah ini. Meskipun Aminuddin mula-mula menolak perkataan itu, tetapi pada akhirnya terpaksalah ia menurut bujukan dan paksaan orang semua itu Merari Siregar, 2010152 Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 14 Dari kutipan tersebut dapat dijleasakan bahwa Aminuddin terpaksa menerima gadis tersebut. Ia juga mersakan pedih seperti yang dirasakan Mariamin ketika tahu dirinya telah dengan orang lain. Tetapi ia juga memang harus mengikuti adat dan kebiasaan yang telah meruntuhan cintanya dengan Mariamin. Aminuddin juga memikirkan nasib keluarganya nanti jika menolak gadis tersebut. Betapa malu yang harus ditanggung orang tuanya dan dia. Seperti dalam kutipan di bawah ini. Apatah kata bapaknya nanti, bila anak gadis yang telah dijemput ayahnya itu dikembalikan kepada orang tuanya? Itu belum penah kejadian dan bukan adat! Malu orang tuanya, malu Aminuddin juga Merari Siregar, 2010152. Tahap ini juga ditandai dengan Mariamin yang menikah juga dengan seorang lelaki dari Padangsidempuan. Ia terpaksa menikah karena permintaan orang tua dan tuntutan adat. Karena Mariamin juga telah cukup umur untuk membina sebuah keluarga. Seperti dalam kutipan di bawah ini. Kesudahannya ia kawin dengan orang muda dari Padangsidempuan, orang muda yang tiada dikenalnya, orang muda yang tiada dicintainya, jodah yang tak disukainya Merari Siregar, 2010162 Setelah menikah bukan kebahagiaan yang didapatkan Mariamin, tetapi kesengsaraan yang lebih berat dari sebelumnya. Ia menikah tanpa saling kenal dengan lelaki tersebut. Ternyata suaminya mengidap penyakit mematikan yang menular serta suka memukul dan berbuat padanya. Seperti pada kutipan di bawah ini. Penanggungan Mariamin itu tiadalah ditambah-tambahi. Bahkan ada yang lebih dari itu, banyak lagi yang keji dan ngeri, yang tak patut diceritakan Merari Siregar, 2010178 Kutipan di atas menunjukkan kesengsaraan yang harus dialami Mariamin setelah menikah. Bukan kebahagiaan yang di dapat. Tetapi kesengsaraan yang tiada pernah lepas dari hidupnya. 10 Denoument tahap alur yang ditandai oleh adanya pemecahan soal dari semua peristiwa. Tahap ini ditandai dengan Mariamin yang melapor ke polisi atas semua perlakuan Kasibun suaminya. Seperti dalam kutipan di bawah ini. Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 15 “ke kantor polisi katanya Merari Siregar, 2010180 Kutipan di atas menunjukkan Mariamin yang pergi ke kantor polisi untuk melaporkan Kasibun. Akhirnya Kasibun dijatuhi hukuman membayar denda dua puluh rupiah dan bercerai dengan Mariamin. Mariamin pun pulang dengan membawa malu ke Sipirok, hingga akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir sebagai tanda akhir dari azab dan sengsara yang harus dilaluinya di dunia ini. Seperti dalam kutipan di bawah ini. Lihatlah kuburan yang baru itu! Tanahnya masih merah lagi ... itulah tempat mayat Mariamin, anak dara yang saleh itu Merari Siregar, 2010183. Penokohan Berikut ini tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar. 1 Mariamin 1 Penurut “Sedapat-dapatnya anakanda akan menurut perkataan Bunda itu,” sahut Mariamin, akan tetapi dalam hatinya ia merasa bala yang akan menimpanya Merari Siregar, 2010165 Dari kutipan di atas menunjukkan sifat penurut Mariamin kepada orang tua. Walau pun dalam hatinya merasa resah dan khawatir tentang akan hal yang akan dilakukan. Tetapi ia tidak ingin mengecewakan hati orang tuanya. 2 Perhatian “Sudahlah berkurang sesaknya dada ibuku itu?” tanyanya sambil dirabanya muka ibunya yang sakit itu Merari Siregar, 20107 Dari kutipan di atas menunjukkan perhatian Mariamin pada ibunya yang sakit. Ia terus bertanya bagaimana keadaan sang ibu apakah sudah membaik atau semakin parah. 3 Lemah lembut “Mengapa Angkang bertanya lagi?” jawab Mariamin, perempuan muda itu dengan suara yang lembut, karena itulah kebiasaannya; jarang atau belumlah pernah ia berkata marah-marah atau merengut, selamanya dengan ramah tamah, lebih-lebih dihadapan anak muda, sahabatnya yang karib itu Merari Siregar, 20105 Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 16 Dari kutipan di atas menunjukkan sifat lemah lembut Mariamin. Terlihat dari caranya bertutur kata kepada Aminuddin. 4 Ramah ... karena itulah kebiasaannya; jarang atau belumlah pernah ia berkata marah-marah atau merengut, selamanya dengan ramah tamah, lebih-lebih dihadapan anak muda, sahabatnya yang karib itu Merari Siregar, 20105 Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa Mariamin adalah seorang gadis yang ramah dalam bertutur kata kepada siapapun. Apalagi kepada Aminuddin yang mejadi kekasihnya. 5 Jujur Dengan tiada disembunyi-sembunyikan Mariamin menceritakan sekalian perkataan Aminuddin itu Merari Siregar, 201015 Dari kutipan dia atas dapat dijelaskan bahwa Mariamin tidak menyembunyikan apa-apa yang menjadi pikirannya. Semua diceritakan dengan jujur kepada ibunya. 6 Tidak suka menunda pekerjaan Bagaimanapun lekasnya, saya sempat lagi menyiapkan pekerjaanku yang terbengkalai ini, tak banyak lagi,” jawab Mariamin Merari Siregar, 201032 Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa Mariamin tidak ingin pulang dulu sebelum menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit. Walau pun hari sudah mau hujan lebat. 7 Pemaaf Sementara itu ia mengambil surat Aminuddin dari bawah bantalnya, lalu dibacanya perlahan-lahan. Air mukanya tak berubah lagi, tinggal tenang saja Merari Siregar, 2010159 Dari kutipan di atas terlihat bahwa Mariamin telah memaafkan Aminuddin yang tidak jadi menikah dengannya. Terbukti dari raut wajahnya yang tetap tenang ketika membaca surat permintaan maaf dari Aminuddin. 8 Berbakti kepada orang tua “Sedapat-dapatnya anakanda akan menurut perkataan Bunda itu,” sahut Mariamin, akan tetapi dalam hatinya ia merasa bala yang akan menimpanya Merari Siregar, 2010165 Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 17 9 Penyabar Ia telah mengerti, bahwa hidupnya di dunia ini tiada lain daripada menanggung dan menderita bermacam-macam sengsara Merari siregar, 2010161 Kutipan di atas menunjukkan bahwa Mariamin tidak menyesal atau marah dengan segala penderitaan yang harus dilaluinya. Karena itu merupakan hal yang pasti dilaluinya sehingga ia tetap sabar. 2 Aminuddin 1 Penurut dan berbakti kepada orang tua Meskipun Aminuddin mula-mula menolak perkataan itu, tetapi pada akhirnya terpaksalah ia menurut bujukan dan paksaan orang itu semua Merari Siregar, 2010152 Kutipan di atas menunjukkan sikap Aminuddin yang awalnya menolak tetapi pada akhirnya ia menerima untuk menikah dengan gadis lain pilihan orang tuanya. Hal ini menunjukkan bahwa Aminuddin adalah seorang yang penurut kepada orang tua walau pun hal tersebut menyakitkan. 2 Pandai Dari kelas satu sampai kelas tiga, ia masuk anak yang terpandai dikelasnya Merari Siregar, 201021 3 Rajin Meskipun ia yang terlebih kecil diantara kawan-kawannya, akan tetapi ia amat rajin belajar, baik di sekolah atau di rumah ... Merari Siregar, 201020 4 Tidak sombong Meskipun demikian tiadalah pernah ia menyombongkan diri ... Merari Siregar, 201021 5 Suka menolong Akan tetapi, kadang-kadang ia tiada dapat menahan hati dan nafsunya, yakni nafsu yang selalu hendak memberi pertolongan kepada kawannya Merari Siregar, 201021 6 Bijaksana Aminuddin anak yang bijaksana ... Merari Siregar, 201031 3 Nuria Ibu Mariamin 1 Penyayang Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 18 “Anakku sudah makan?” tanya si ibu seraya menarik tangan budak itu, lalu dipeluknya dan diciumnya berulang-ulang Merari Siregar, 20109 Kutipan menunjukkan perhatian dan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. 2 Penyabar Akan tetapi si ibu itu seorang perempuan yang sabar dan keras hati Merari Siregar, 2010122 3 Lemah lembut Wah, enak benar sayur yang Riam bawa tadi, anakanda pun pandai benar merebusnya; nasi yang sepiring itu sudah habis olehku,” kata si ibu dengan suara lembut dan riang akan menghiburkan hati anaknya itu Merari Siregar, 201010 Kutipan di atas menunjukkan bahwa Nuria atau ibu Mariamin adalah seorang yang lemah lembut dalam bertutur jata seperti yang terdapat dalam kutipan di atas. 4 Tabah dan salehah Karena, meskipun hidupnya di sunia ini makin sengsara, hatinya pun makin tetap juga dan imannya bertambah teguh Merari Siregar, 2010122 Kutipan di atas menunjukkan ketabahan dan keimanan ibu Mariamin yang walau pun kesengsaraan hidup yang berat terus menghampirinya. Ia tetap tabah dan menambah keimanannya kepada Tuhan yang Maha Esa. 4 Sutan Baringin 1 Licik Utangku, yaitu bagiannya yang kuhabiskan, haruslah pula kubayar, karena tiada dapat disembunyikan lagi. Tapi siapa tahu, aku harus mencari akal Merari Siregar, 201090 Dari kutipan di atas menunjukkan kelicikan Sutan Baringin yang tidak ingin memberikan harta warisan yang menjadi hak saudaranya. Ia ingin mengambil seluruh harta warisan yang seharusnya terdapat bagian untuk saudaranya. 2 Buruk sangka Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 19 “Si Tongam itu tiada dapat dipercayai. Tiadakah engkau tahu orang yang biasa di negeri rama amat pintarnya; tetapi pintar dalam kejahatan ... Merari Siregar, 201094 Dari kutipan di atas menunjukkan pikirannya yang jahat. Pikirannya yang berburuk sangka pada niat bait saudaranya. Tetapi karena hatinya telah dipenuhi dengan kejahatan sehingga niak baikpun ia anggap niat buruk. 3 Pemarah Tutur yang lemah lembut itu tiada berguna lagi. Bukanlah dia akan melembutkan hati Sutan Baringin, tetapi menerbitkan nafsu marah saja. Merari Siregar, 201096 Dari kutipan di atas menunjukkan sifat pemarah Sutan Baringin yang walaupun istrinya berbicara dengan lemah lembut tetapi tetap saja ia marah 4 Kasar Diamlah engkau, apakah gunanya engkau berkata-kata itu?” Merari Siregar, 201096 Dari kutipan di atas menunjukkan sikap kasar Sutan Baringin pada istrinya. Ia juga tidak pernah memikirkan perasaan istrinya dengan sikapnya yang kasar. 5 Baginda Diatas 1 Sombong Mariamin anak orang miskin akan mejadi istri anak mereka itu? Tentu tak mungkin, karena tak patut! Merari Siregar, 2010135 Kutipan di atas menunjukkan sifat sombong Baginda Diatas yang tidak ingin menikahkan Aminuddin dengan Mariamin yang seorang gadis miskin. Walau pun Aminuddin dan Mariamin saling mencintai dan hubungan keluarga mereka juga masih dekat. Seperti dalam kutipan di bawah ini. Oleh sebab itu tiadalah ingin mereka itu lagi datang ke rumah istri mendiang Sutan Baringin menanyakan anak dara kesukaan Aminuddin itu, sungguhpun pertalian mereka masih dekat Merari Siregar, 2010135 6 Ibunda Aminuddin 1 Penyayang Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 20 Si ibu berkata “Janganlah Kakanda terlalu keras kepada anak kita itu! Umurnya belum berapa dan tulangnya belum kuat, tetapi Kakanda selalu menyuruh dia bekerja Merari Siregar, 201022 Kutipan di atas menunjukkan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Ia tidak ingin anknya bekerja terlalu berat karena masih kecil. Orang tua khususya ibu memang memiliki kasih sayang yang lebih dari kasih sayang seorang ayah. Karena ibu memiliki hatiyang lembut. 2 Baik hati Kalau Mariamin telah menjadi menantunya, tentu adalah perubahan kemeralatan orang itu, pikir ibu Aminuddin Merari Siregar, 2010136 Kutipan dia tas menunjukkan kebaikan hati ibu Aminuddin yang tetap ingin menikahkan Aminuddin dengan Mariamin walau pun dari keluarga yang miskin. Ia berpikir dengan pernikahan itu dapat mengubah nasib keluarga Mariamin yang melarat. 7 Kasibun 1 Pencemburu laki selalu menaruh cemburu dalam hatinya, ... Merari Siregar, 2010177 2 Kasar Kasibun yang bengis itu tak segan menampar muka Mariamin. Bukan ditamparnya saja, kadang-kadang dipukulnya, disiksanya .... Merari Siregar, 2010178 Dari kutipan di tas dapat diketahui bahwa kasibun seorang yang kasar. Terlihat dari kutipan bahwa ia menampar, bahkan tak segan memukul Mariamin. 3 Licik Istrinya yang di Medan itu tiada susah mengurusnya, jatuhkan saja talak tiga, habis perkara; ... Merari Siregar, 2010163 Dari kutipan di atas terlihat kelicikan hari Kasibun yang ingin menikah dengan Mariamin. Ia mengaku belum menikah, padahal telah memiliki istri di Medan. Sehingga ia kembali ke Medan terlebih dahulu untuk menalak istrinya. Hal ini dilakukan agar Mariamin dan ibunya bersedia menerima lamarannya. Latar 1 Latar Tempat Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 21 1 Kota Sipirok Akan tetapi siapakah yang duduk di sana, di sebelah rusuk rumah yang beratap ijuk dekat sungai yang mengalir di tengah-tengah kota Sipirok Merari Siregar, 20102 Kutipan di atas dapat diketahui bahwa Sipirok merupakan latar yang digunakan dalam novel. Sipirok merupakan sebuah tempat dengan kehidupan yang masih sederhana atau bukan sebuah kota besar yang ditandai dengan rumah kecil beratap ijuk dipinggir sungai. Sipirok juga merupkan tempat dengan masyarakat yang masih hidup berdasarkan adat dan kebiasaan terdahulu yaitu termasuk adat atau kebiasaan perjodohan anak oleh orang tua. Seperti pada kutipan di bawah ini. Dalam perkawinan, perkataan orang tualah yang berlaku, dan anak itu hanya menurut saja Merari Siregar, 2010127 Kutipan di atas menunjukkan bahwa perjodohan merupakan adat atau kebiasaan yang biasa di lakukan. Orang tua mencarikan jodoh dan anak hanya harus menuruti keinginan orang tua. selain itu terdapat adat atau kebiasaan di Sipirok seperti pada kutipan di bawah ini. Laki-laki sedang sembahyang Magrib di masjid besar dan perempuan tengah bertanak hendak menyediakan makanan untuknya anak beranak Merari Siregar, 20102 Dari kutipan di atas menunjukkan di Sipirok di saat magrib dengan kebiasaan laki-laki pergi ke masjid sedangkan perempuan memasak di dapur. Kebiasaan tersebut menunjukkan Sipirok merupakan tempat yang sederhana, bukan kota besar seperti Medan atau Padang. 2 Batu besar “Sahut gadis itu seraya berdiri dari batu besar itu, yang biasa tempatdia duduk pada waktu petang.” Marilah kita naik, Angkang!” “Tak usah Riam,”jawab orang muda itu.” Dari kutipan di atas diketahui bahwa batu besar tempat Riam biasa duduk ketika petang menunggu kedatangan Aminuddin merupakan tempat perpisahannya dengan Aminuddin. 3 Rumah Mariamin ... rumah kecil tempat kediaman ibu dan anaknya itu Merari Siregar, 201017 Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 22 Kutipan di atas menunjukkan rumah kecil di pinggir sungai yang merupakan rumah Mariamin. Rumah kecil Mariamin di pinggir sungai yang beratap ijuk menunjukkan azab dan kesengsaraan yang harus dihadapi tokoh Mariamin dan keluarga. Karena tinggal di rumah tepi sungai yang hanya beratap ijuk. Seperti pada kutipan di bawah ini. Akan tetapi siapakah yang duduk di sana, di sebelah rusuk rumah beratap ijuk dekat sungai yang mengalir di tengah-tengah kota Sipirok Merari Siregar, 20102 4 Kampung A Anak muda itu anak kepala kampung yang memerintahkan kampung A itu Merari Siregar, 201018 Kutipan di atas menunjukkan kampung A yaitu kampung tempat tinggal Aminuddin yang merupakan anak kepala kampung. Hal ini semakin menunjukkan perbedaan sosial antara Aminuddin dan Mariamin yang hanya gadis miskin. 5 Sawah Pada suatu petang, sedang mereka di sawah, Mariamin menyiangi padinya, ... Merari Siregar, 201032 Kutipan di atas menunjukkan latar sawah tempat Mariamin bekerja. Hal ini sesuai dengan Sipirok yang bukan sebuah kota besar, sehingga penduduknya bekerja sebagai petani. Sehingga mereka belum tersentuh perkembangan zaman seperti di kota. Sehingga masih mengikuti adat atau kebiasaan lama. 6 Tepi sungai Tiada berapa lama sampailah mereka ke tepi sungai yang akan diseberangi mereka itu Merari Siregar, 201051 Kutipan ini dapat dijelaskan merupakan latar tempat yang penting karena di sana cinta antara Aminuddin dan Mariamin semakin tumbuh dalam setelah Aminuddin menyelamatkan Mariamin dari banjir. Sehingga ia berhutang nyawa. 7 Stasiun Pulau Berayan Setelah habis mandi dan berpakaian, pergilah Aminuddin ke stasiun Pulau Berayan, ... Merari Siregar, 2010148 Latar Stasiun merupakn tempat Aminuddin bertemu dengan calon istri yang dibawa ayahnya. Calon istri yang bukan Mariamin. Latar ini berkaitan dengan tema dan alur dalam novel. Karena tema perjodohan yang mendatangkan kesengsaraan dan alur cerita bahwa Aminuddin bekerja di Deli. Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 23 8 Deli Setelah lengkaplah sekalian, Baginda di atas pun berangkatlah ke Deli mengantarkan menantunya Merari Siregar, 2010142 Kutipan di atas menunjukkan bahwa Baginda Diatas yang adalah ayah dari Aminuddin akan mengantarkan calon istri Aminuddin ke Deli tempat Aminuddin bekerja. Calon istri lain yang bukan Mariamin seperti yang diharapkan Aminuddin. Latar ini berkaitan dengan tema perjodohan dalam novel. 9 Medan Ia sudah mendengar kabar perkawinan Mariamin itu, itulah sebabnya ia datang ke Medan, dengan maksud hendak bersua dengan Mariamin, sahabatnya yang tak dilupakannya itu Merari Siregar, 2010172 Kutipan di atas menunjukkan kota Medan sebagai latar tempat dalam novel. Karena berkaitan dengan alur cerita bahwa Mariamin menikah dengan seorang pria yang tinggal di Medan. Sehingga sudah tentu Mariamin harus ikut suaminya tinggal di medan. Latar ini berkaitan dengan konflik atau alur cerita dalam novel. Yaitu kesengsaraan Mariamin setelah menikah. 2 Latar Waktu 1 Sore hari Dari yang panas itu berangsur-angsur menjadi dingin, karena matahari, raja siang itu, akan masuk ke dalam peraduannya, kebalik gunung Gunung Sibualbuali, ayng menjadi watas dataran tinggi Sipirok itu Merari Siregar, 20101 Dari kutipan di atas diketahui bahwa ketika sore adalah salah satu latar waktu yang digunakan novel. Ini untuk menjelaskan adat dan kebiasaan penduduk Sipirok ketika sore yaitu pulang ke rumah atau berhanti bekerja. atau menuju malam yaitu seperti lelaki yang bertandang ke rumah gadis yang disukainya. 2 Malam hari “Ah, rupanya hari sudah malam. Dari tadi saya menunggu Angkang,” ... Merari Siregar, 20104 Kutipan di atas menunjukkan kebiasaan pemuda dan gadis penduduk Sipirok ketika malam hari yaitu menunggu kedatangan sang kekasih untuk bertandang atau berkunjung. Latar ini berkaitan dengan tema adat dan kebiasaan Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 24 perjodohan yang mendatangkan kesengsaraan dalam novel. sehingga itu pengarang juga menampilkan adat atau kebiasaan penduduk dari sore hari untuk menunjukkan adat atau kebiasaan mana yang perlu diteruskan atau tidak. 3 Pagi hari Waktu pukul tujuh pagi Mariamin sudah sedia di hadapan rumahnya menantikan Aminuddin, supaya mereka itu sama-sama pergi ke sekolah Merari Siregar, 201029 Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa sejak sekolah Aminuddin dan Mariamin selalu bersama-sama. Sehingga menumbuhkan cinta dan kasih diantara mereka. Terlihat dari latar waktu pagi Mariamin selalu menunggu Aminuddin agar pergi ke sekolah bersama-sama. 4 Hari pertama Tepat hari pertama, setelah Mariamin sembuh, maka datanglah Baginda Diatas dengan istrinya membawa nasi bungkus ke rumah ibu Mariamin Merari Siregar, 2010158 Kutipan di atas menunjukkan waktu ayah dan ibu Aminuddin datang ke rumah Mariamin menyampaikan permintaan maaf Aminuddin karena telah berjanji akan menikah dengan Mariamin, tetapi tidak jadi karena adat dan kebiasaan yang telah mendatangkan azab dan kesengsaraan untuk dua makhluk Tuhan itu. 5 Hari Jumat Waktunya berangkat pumn sudah dekat, yakni besok hari Jumat, karena kawan di jalan telah dapat Merari Siregar, 2010163 Kutipan di atas menunjukkan hari jumat adalah hari Mariamin meninggalkan Sipirok dan pergi ke Medan bersama suaminya yang tinggal di sana. 6 Tanggal enam belas Adapun orang itu tiadalah lain memang Aminuddin. Waktu itu tanggal enam belas waktu istirahat bagi orang kebun Merari Siregar, 2010172 Kutipan di atas menunjukkan kedatangan Aminuddin ke rumah Kasibun suami Mariamin. Waktu tanggal enam belas meruapakan hari libur sehingga tepat untuk Aminuddin berkunjung ke Mariamin. Ini berkaitan dengan alur cerita dalam Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 25 novel, bahwa Aminuddin juga bekerja di Medan sehingga untuk melepaskan rindu pada Mariamin, ketika libur bekerja ia datang berkunjung. 7 Pukul setengah dua belas Pukul setengah dua belas, pulanglah Aminuddin meninggalkan rumah itu, meninggalkan Mariamin Merari Siregar, 2010177 Kutipan di atas menunjukkan singkatnya pertemuan antara Aminuddin dan Mariamin. Hal ini semakin menujukkan penderitaan yang harus dialami Mariamin, karena adat dan kebiasaan perjodohan dalam novel. 8 Pagi hari Pada suatu pagi sedang jalan-jalan kota Medan belum berapa ramai, keluarlah Mariamin dari rumahnya. Ia berlari ke jalan besar, lalu naik kereta yang ada di situ Merari Siregar, 2010179 Kutipan di atas menunjukkan ketika pagi Mariamin pergi dari rumah Kasibun untuk pergi dan melapor ke polisi atas semua perlakuan kasar Kasibun terhadapnya. Hal ini menjadi petunjuk bahwa Mariamin ingin mengakhiri segala azab dan kesengsaraan dalam hidupnya. 3 Latar Sosial 1 Perjodohan Dalam perkawinan, perkataan orang tualah yang berlaku, dan anak itu hanya menurut saja Merari Siregar, 2010127 Dari kutipan di atas diketahui bahwa perjodohan merupakan adat yang telah dari leluhur terdahulu sehingga tetap dipertahankan. Walau pun banyak mendatangkan azab dan kesengsaraan. Seperti yang dialami Aminuddin dan Mariamin. 2 Lelaki bertandang ke rumah gadis “Ah, rupanya hari sudah malam. Dari tadi saya menunggu Angkang,” ... Merari Siregar, 20104 Kutipan di atas menunjukkan kebiasaan di Sipirok yaitu lelaki datang ke rumah gadis yang disukai pada malam hari. 3 Tidak boleh menikah dengan orang yang memiliki nama marga yang sama Maka barang siapa yang hendak kawin, tiadalah boleh mengambil orang yang semarga dengan dia. Umpamanya laki-laki bermarga Siregar Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 26 tiada boleh mengambil perempuan marga Siregar, ... Merari Siregar, 2010139 4 Lelaki lebih mementingkan penampilan daripada perempuan Sebagai dimaklumi orang di Medan amat berahi akan potongan pakaian yang bagus, lebih-lebih di antara laki-lakinya, sedangkan perempuannya kurang Merari Siregar, 2010149 Dari kutipan di atas diketahui bahwa kebiasaan di Medan bahwa lelaki lebih memntingkan pakaian daripada perempuan, berbeda dengan di tempat lain yang perempuan sangat memerhatikan pakiannya. 5 Menikah dengan keluarga dari kalangan yang sepadan atau bahkan lebih tinggi Mariamin anak orang miskin akan mejadi istri anak mereka itu? Tentu tak mungkin, karena tak patut! Merari Siregar, 2010135 Dari kutipan di atas diketahui bahwa orang Sipirok memiliki pandangan harus menikah dengan orang yang sepadan atau bahkan lebih tinggi dari derajatnya. Hal ini untuk menghindari malu keluarga di mata masyarakat, karena akan merendahkan pandangan masyarakat terhadap keluarga tersebut. 6 Perdukunan Kamu mengatakan Mariamin juga yang baik menantu kita; kalau demikian baiklah kita pergi mendapatka Datu Naserdung Merari Siregar, 2010136 Dari kutipan di atas menunjukkan kebiasaan menanyakan nasib kepada dukun. Termasuk tentang jodoh yang baik. Hal ini juga yang menyebakan kesengsaraan bagi Aminuddin dan Mariamin. Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan dalam novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar adalah sudut pandang orang ketiga pengarang sebagai pengamat. Pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga “ia” dan hanya melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun hanya terbatas pada seorang tokoh saja Stanton dalam Nurgiantoro, 2010259. Seperti yang terlihat pada kutipan di bawah ini. “Masih di sini kau rupanya, Riam,” tanya seorang muda yang menghampiri batu tempat duduk gadis itu. Yang ditanya terkejut sseraya memandang kepada orang yang datang tadi Merari Siregar, 20103-4 Apresiasi Prosa novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar 27 Dari kutipan di atas diketahui bahwa pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga atau menyebutkan nama yaitu Riam dalam melukiskan cerita dalam novel. pengarang juga mampu menceritakan sesuatu yang didengar oleh tokoh yaitu suara pemuda yang memanggil. Dari yang panas itu berangsur-angsur menjadi dingin, karena matahari, raja siang itu akan masuk ke dalam perdauannya Merari Siregar, 20101 Dari kutipan di atas diketahui pengarang mampu melukiskan sesuatu yang dilihat dan dirasakan tokoh yaitu siang yang akan berganti malam karena matahari akan terbenam. “belumkah ia datang? Sakitkah dia? Apakah sebabnya ia sekian lama tak kulihat?” tanya perempuan itu berulang-ulang dalam hatinya Merari Siregar, 20102 Dari kutipan di atas diketahui bahwa pengarang mampu melukiskan sesuatu yang dipikrkan tokoh bahkan yang berada dalam hati, tetapi hal ini hanya terlukis pada satu tokoh yaitu Mariamin. Dari kutipan di atas juga dapat dilihat bahwa pengarang melukiskan perasaan Mariamin yang khawatir dan resah karena Aminuddin kekasihnya tidak kunjung datang. Kalau pun menceritakan tokoh hanya sebatas yang dapat dilihat dan didengar atau dirasakan saja. Seperti pada kutipan di bawah ini. “Masih di sini kau rupanya, Riam,” tanya seorang muda yang menghampiri batu tempat duduk gadis itu Merari Siregar, 20103-4 Dari kutipan di atas diketahui bahwa pengarang hanya melukiskan
melaluipers dan novel-novel Melayu Rendah. Novel yang diterbitkan Balai Pustaka pertama kali justru novel berbahasa Sunda yaitu Baruang Ka Nu Ngarora, DK. Adriwinata (1914). Novel berbahasa Indonesia yang pertama yaitu Azab dan Sengsara. Pada masa ini pengarang Sumatera begitu dominan. Baru pada dasawarsa
Perhatian masyarakat sastra Indonesia terhadap masalah sejarah kebudayaan, termasuk sastra telah tampak sejak awal pertumbuhan sastra Indonesia di tahun 1930-an sebagaimana terbaca dalam Polemik Kebuadayaan suntingan Achdiat 1977. Polemic yang berkembang antara tokoh-tokoh Alisjahbana, Sanusi Pane, Poerbatjaraka, Ki Hadjar Dewantara, Adinegoro dan lain-lain memang tidak secara khusus memperdebatkan konsep kesusastraan Indonesia, tetapi telah memperlihatkan kesadaran mereka terhadap sejarah kebudayaan Indonesia.
NovelAzab Dan Sengsara Karya Merari Siregar Download | Watch. Novel Azab Dan Sengsara Karya Merari Siregar. 14 Apr 2009 . Pengarang : Merari Siregar . Novel bahasa Sunda, Baruang ka Nu Ngora (Racun Bagi Kaum Muda; 1914) karya D.K. Ardiwinata (1866-1947) yang . analisis novel azab dan sengsara karya merari siregar amanat novel azab dan
Novel Azab dan Sengsara Tema yang diangkat dalam novel Azab dan Sengsara tentang kebiasaan buruk masyrakat akan berbuah azab dan sengsara. Sebelum menkajian novel ini, berikut tokoh-tokoh sekaligus watak yang bermain dalam kisah Azab dan Sengsara; Mariamin gadis baik, Aminu’ddin Laki-laki baik, Nuri ibu mariamin sederhana, Ayah aminu’ddin bijak, Kasibun jahat, Marah Saito penghasut. Novel ini akan banyak interaksi tokoh yang menimbulkan reaksi sosial. Maka lewat tindakan sosial novel ini akan dukupas sesuai perinsip sosial. Teori tindakan sosial max weber Tindakan sosial terjadi ketika individu melekatkan makna subjektif pada tindakan mereka. Hubungan sosial menurut Weber yaitu suatu tindakan dimana beberapa aktor yang berbeda-beda, sejauh tindakan itu mengandung makna dihubungkan serta diarahkan kepada tindakan orang lain. Masing-masing individu berinteraksi dan saling menanggapi Max Weber dalam J Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 200618 mengklasifikasikan empat jenis tindakan sosial yang mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat yaitu; a. Rasionalitas instrumental Tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Tindakan sosial ini terjadi ketika Aminu’ddin lebih memilih mematuhi ayahnya untuk menikahi gadis pilihan ayahnya meski sebenarnya ia mencintai Mariamin ketimbang gadis itu. Konsekuan yang diterima Aminu’ddin adalah kesedihan dan kekecewaan. b. Rasionalitas yang berorientasi nilai Alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada didalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Tindakan sosial ini tersirat ketika Sutan Barigin ayah Maramin ketika muda menghambur-hamburkan uang untuk berjudi dan foya-foya. Harta adalah lat yang tujuannya tergantung pertimbangannya. Andai Sutan Barigin tidak bersifat sombong, tamak, malas mungkin Azab serta kesengsaraan tidak akan menimpa anaknya yakni mariamin. c. Tindakan tradisional Seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Tindakan sosial ini mencerminkan sifat ayah Aminu’ddin yang berpegang teguh terhadap adat. Ia menikahkan Aminu’ddin dengan gadis yang menurutnya pantas menurut strata sosial. Baginda diatas atau ayah Aminu’ddin menolak untuk menikahkan anaknya dengan Mariamin d. Tindakan afektif Tindakan ini didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif bersifat spontan, tidak rasional dan merupakan refleksi emosional dari individu. Tindakan Sosial tersebut terjadi ketika suami Mariamin yaitu Kasibun marah dan memukul Mariamin sejadi-jadinya karena tersulut api cemburu melihat Aminu’ddin kekasih lama Mariamin datang kerumahnya. Menurutnya bahwa keempat tindakan tersebut sulit diwujudkan dalam kenyataan, namun apapun wujudnya hanya dapat dimengerti menurut arti subjektif dan pola-pola motivasional yang berkaitan dengan itu. Sebuah interaksi sosial akan kacau bilamana antara pihak-pihak yang berinteraksi tidak saling memahami motivasi dan makna tindakan sosial yang mereka lakukan. Seregar Merari. 2000. Azab dan Sengsara. Jakarta. Balai Pustaka
NovelnyaAzab dan Sengsara (1920) lazim dianggap sebagai awal kesusastraan Indonesia. Hasil karya : Azab dan Sengsara (1920) Novel yang satu ini bisa dikategorikan novel klasik terbitan Balai Pustaka. Ia menandai zaman dimana sastra Indonesia masih didominasi penggunaan bahasa melayu yang kental.
PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA DALAM KAJIAN NOVEL AZAB DAN SENGSARA KARYA MERARI SIREGAR Abstract Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengkaji isi cerita dalam novel azab dan sengsara karya Merari Siregar. Kajian ini, bertujuan menganalisis sosiologi pengarang, sosiologi karya, dan sosiologi pembaca dan dampak sosial karya sastra. Dalam sosiologi pengarang ditelaah latar belakang sosial, status sosial pengarang, dan ideologi pengarang yang terlibat dari berbagai kegiatan pengarang diluar karya sastra. Dalam sosiologi karya ditelaah isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial. Dalam sosiologi pembaca dan dampak sosial karya sastra ditelaah sejauhmana sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan dan perkembangan sosial. Sosiologi sastra merupakan pendekatan dalam karya sastra sekaligus nilai ekstrinsik yang terdapat dalam karya sastra. Nilai sosiologi sastra merupakan nilai yang berhubungan dengan latar sosial dan sikap dalam tokoh cerita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif, yakni metode yang menggambarkan dan menganalisis setiap bagian isi dalam hubungannya dengan sosiologi pengarang, sosiologi karya dan sosiologi pembaca References Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Rafiek, M. 2013. Teori Sastra Kajian Teori dan Praktik. Bandung PT. Refika Aditama. Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Jakarta PT. Balai Pustaka. Vismaia & Syamsuddin. 2003. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Wellek, Rene & Warren Austin. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta Gramedia. Wiyatmi. 2008. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta Pustaka DOI DOI PDF Refbacks There are currently no refbacks. Jurnal Caraka is sebuah jurnal ilmiah yang secara reguler dipublikasikan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Institut Pendidikan Indonesia Jl. Pahlawan Garut,Indonesia. Jurnal Caraka berlisensi di bawah Creative Commons Attribution-ShareAlike International License. Copyright © Institut Pendidikan Indonesia-Garut.
23 Novel Populer dan Novel Serius 21 2.4 Sejarah Novel Populer 26 2.5 Perkembangan Novel Populer Mutakhir 29 BAB III GAMBARAN UMUM KARYA DAN PENGARANG 35 Azab dan Sengsara, dan Salah Asuhan. Sementara itu, novel populer mulai terbit sekitar tahun 1884 dengan diawali kehadiran surat-surat kabar. Menurut catatan
Sinopsis Novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar - Azab dan Sengsara adalah karya sastra Pujangga Baru yang cukup terkenal dan sangat laris di zamannya. Ini merupakan roman adat dan bercampur psikologis. Roman ini ditulis oleh Merari Siregar dan diterbitkan pertama kalinya oleh Balai Pustaka pada tahun 1920. Roman ini oleh kalangan sastrawan dianggap sebagai roman pertama Indonesia. Tema Cerita Cerita tentang adat istiadat lama orang Minang, masalah kawin paksa, cinta kasih sepasang muda-mudi yang mendapat halangan dari orang tua dan adat istiadat yang melekat. Setting Cerita Azab dan Sengsara setting ceritanya terjadi di daerah Sumatera, dan daerah Minangkabau, dan khususnya di kota Sipirok. Tokoh-tokohnya 1. Orang tua Baringin; merupakan seorang bangsawan dan termasuk orang kaya di daerahnya. 2. Sutan Baringin; seorang pemuda yang mempunyai tingkah laku jelek, pemalas, foya-foya, serakah, bengis, angkuh, dan seterusnya. 3. Nuria; seorang perempuan yang berhati mulia, berbudi bahasa, sopan santun, serta taat pada agama. Dia istri Sutan Baringin. 4. Adik Sutan Baringin; seorang perawan yang berhati mulia. 5. Mariamin; anak Sutan Baringin yang merupakan seorang perawan yang berhati mutiara. 6. Aminuddin; seorang pemuda berbudi, sopan serta taat agama maupun terhadap orang tua. Dia adalah anak dari adiknya Sutan Baringin. 7. Baginda Mulia; adalah seorang bangsawan kaya yang dihormati dan disegani di daerahnya. Dia masih mempunyai hubungan keluarga dengan sutan Baringin. Ayah Baginda Mulia adalah saudara kandung Ayah Sutan Baringin. 8. Kasibun; lelaki hidung belang. Dia suami Mariamin. 9. Marah Sait; adalah seorang protokol bambu, yang merupakan sahabat karib Sutan Baringin. Dia mempunyai sifat jelek seperti Sutan Baringin. Ringkasan Cerita Di kota Sipirok, ada seorang bangsawan yang kaya raya. Keluarga bangsawan kaya raya ini mempunyai dua orang anak, yang satu laki-laki dan satu lagi perempuan yang perempuan tidak diceritakan oleh pengarangnya, baik itu kenyataan kehidupannya dan bahkan namanya tidak disebutkan. Anak yang laki-laki itu bernama Sutan Baringin. Sutan Baringin begitu dimanjakan oleh ibunya, segala kehendaknya dituruti dan selalu dibela bila dia melakukan kesalahan. Akibatnya perlakuan yang demikian kemudian menjadikan Sutan Baringin seorang laki-laki yang manja, malas, keras kepala, angkuh, serta berperangai jelek. Sutan Baringin kemudian dikawinkan dengan Nuria, seorang perawan pilihan ibunya. Nuria, perawan yang berhati mutiara itu, sebenarnya tidak mencintai Sutan Baringin. Namun karena terpaksa dan menyenangi hati orang tua, maka dia pun dengan sabar selalu menemani Sutan Baringin dengan setia sampai mereka punya anak, yang satu laki-laki dan satunya lagi perempuan. Anak yang perempuan bernama Mariamin, sedangkan yang laki-laki oleh pengarangnya tidak diceritakan. Mariamin termasuk perempuan yang berbudi luhur, taat terhadap agama maupun orang tua, budi bahasanya halus, serta sopan santun. Setelah merangkak remaja, Mariamin jatuh cinta dengan pemuda yang bernama Aminuddin, yang tidak lain adalah saudara sepupunya sendiri, yaitu anak adik perempuan Sutan Baringin. Namun percintaan mereka tidak kesampaian karena dihalangi oleh ayah Aminuddin sendiri, dengan alasan Mariamin adalah orang miskin. Sebenarnya Ibu Aminuddin setuju, tapi karena suaminya tidak setuju, maka terpaksa dia mengalah pada suaminya. Aminuddin sendiri kemudian kawin dengan perawan pilihan orang tuanya. Setelah menikah, Aminuddin pergi ke Medan. Sedangkan Mariamin sendiri kemudian jatuh sakit karena cintanya yang tidak kesampaian itu. Oleh orang tuanya Mariamin dikawinkan dengan Kasibun, seorang laki-laki hidung belang dan berperangai jelek, dan sekaligus Kasibun mempunyai suatu penyakit yang kronis. Perlakuan Kasibun pada Mariamin begitu buruk dan sudah sangat keterlaluan. Akhirnya Mariamin minta cerai. Di pengadilan agama, gugatan cerai Mariamin dikabulkan oleh hakim agama, dan Mariamin pun cerai dengan Kasibun. Dengan hati hancur, Mariamin kembali ke Sipirok, dan di sanalah dia menetap dengan penuh kesengsaraan sampai akhir hayatnya. Sebenarnya tidak hanya Mariamin yang jatuh sengsara harta, jiwa, fisiknya, tapi sekaligus kedua orang tuanya juga jatuh sengsara yang luar biasa.
wX1FGE. 9mx4vt8gkd.pages.dev/3039mx4vt8gkd.pages.dev/9029mx4vt8gkd.pages.dev/2249mx4vt8gkd.pages.dev/4139mx4vt8gkd.pages.dev/8529mx4vt8gkd.pages.dev/4399mx4vt8gkd.pages.dev/6849mx4vt8gkd.pages.dev/6939mx4vt8gkd.pages.dev/3219mx4vt8gkd.pages.dev/3099mx4vt8gkd.pages.dev/6859mx4vt8gkd.pages.dev/2069mx4vt8gkd.pages.dev/7899mx4vt8gkd.pages.dev/179mx4vt8gkd.pages.dev/290
analisis novel azab dan sengsara